13. Penolakan

177K 16.8K 763
                                        

HAPPY READING 🦋



Maurel saat ini sudah berada di depan pintu salah satu ruangan yang berada di lantai dua. Sebelum dia masuk, samar-samar telinganya mendengar suara dari dalam. Ruangan yang tak lain ruang kerja Alex itu kedap suara, tapi dikarenakan pintu yang sedikit terbuka dia bisa mendengar suara wanita di dalamnya.

Dan Maurel bisa menebak jika wanita yang tak lain Livia itu berada di ruangan ini. Memegang gagang pintu, lalu membukanya tiba-tiba.

"Wow, ada apa nih?"

Livia dan Alex menoleh ke arahnya dengan raut terkejut. Selain terkejut, nampaknya Alex juga menampakkan raut wajah marahnya.

Gadis itu melangkahkan kakinya sambil melipat kedua tangan. Alex langsung mendorong Livia agar menjauh. Setelah sampai di depan Livia, Maurel menatap Livia dari atas sampai bawah dengan tersenyum miring.

Dia pun berdecih "Sepertinya tujuan Nyonya Livia kemari untuk meminta sumbangan agar bisa membeli pakaian yang pantas, tidak seperti ini"  ujarnya.

Maurel menatap rendah ke piyamah yang dipakai Livia. Apa-apaan itu. Ck, dia lupa jika tujuan orang ini datang hanya untuk menggoda tuan rumah.

"Apa maksud kamu?!" Tanya Livia menggeram.

"Hah, tenang tante. Ups, gue kan gak punya tante modelan jalang kek gini!"  seru Maurel dengan raut sok terkejut, apalagi dengan kedua telapak tanggannya menutupi mulut.

"Kamu bilang apa tadi hah?!" 

"Papah, apa papah dengar apa yang aku ucapkan tadi?" Tanya Maurel menatap Alex yang berdiri jauh dari Livia.

Tanpa Maurel ketahui, panggilannya tadi membuat tubuh Alex menegang kaku dengan jantung berdebar. Papah, panggilan yang sudah tidak terdengar lagi semenjak Maurel pulih dari komanya. Entah kenapa ia merasa rindu dengan panggilan itu.

Alex dengan cepat merubah raut tegangnya dan berdehem pelan "Papah dengar apa yang kamu ucapkan"  ujarnya.

"Tuh, sepertinya telinga anda sedang bermasalah Nyonya Livia. Apa perlu saya berteriak agar semakin dengar?"

"Kamu-"

"Keluar dari sini Livia" suara tegas milik Alex berhasil memotong ucapan Livia.

"Aku masih mau disini Alex" tolak Livia.

"Ya! Anda masih ingin disini untuk mengoda seorang pria yang sudah menikah dan mempunyai anak" ujar Maurel sarkas.

"Apa anda tidak tahu malu hah? Bahkan saya yang juga seorang perempuan merasa jijik dengan tingkah anda" lanjut Maurel dengan penuh penekanan.

"Kamu benar-benar kurang ajar ya!" Teriak Livia marah hendak melangkah maju ke arah Maurel.

"Cukup Livia! Kamu keluar dari ruangan ini atau sekarang juga kamu keluar dari rumah ini!"

Livia menatap Alex tak percaya, ini semua gara-gara gadis sialan di depannya ini. Dengan mendengus kesal, ia keluar dengan menyenggol lengan Maurel dan berbisik.

"Awas kamu! Tunggu balasan dari saya" bisiknya penuh dendam.

Maurel masih menatap lurus ke depan, dia pun melirik lalu ikut berbisik "Saya tunggu balasannya" bisiknya.

Setelah Livia keluar, kini hanya ada Alex dan Maurel di ruangan. Alex berdehem singkat lalu kembali duduk dikursinya. Maurel hanya diam dengan tatapan datarnya.

"Kamu duduk" suruh Alex.

Tak banyak bicara, Maurel duduk di kursi yang bersebrangan dengan Alex karena terhalang meja.

Transmigrasi: I'am not Aurel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang