HAPPY READING 🦋
Maurel melenguh pelan, gadis itu menerjapkan matanya lalu bangun dari posisi tidur. Ia menatap sekeliling, ini dia ada di kamar? Tapi kok bisa?
Setelah kesadarannya terkumpul, wajahnya bertanya-tanya kenapa dia bisa ada dikamarnya saat ini. Bukannya tadi dia masih berada di dalam Bus.
Ah memikirkan hal itu membuat dia lapar. Maurel menatap jam di dinding. Menunjukkan pukul 12 siang. Cukup lama juga ia tertidur pulas.
Dia beranjak dari tempat tidur, menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sekitar setengah jam, Maurel sudah selesai dengan baju santainya.
Karena perut yang keroncongan, dia pun memutuskan untuk ke bawah mencari makanan untuk mengganjal perut.
"Udah bangun ternyata" ujar Justin, abang pertamanya itu.
Maurel hanya melengos langsung duduk, "Mau makan apa Non" tawar Bi Minah.
"Ayam kecap aja, Bi" jawabnya.
Bi Minah menghidangkan makanan itu di depan Maurel. Meja makan hanya terisi dia dan Justin saja. Entah dimana yang lainnya, mungkin Alvian sedang kuliah, si kembar berada di kamar, dan papanya masih di kantor.
"Habis ini kamu mau ngapain?" Tanya Justin sudah selesai dengan makanannya.
"Gak ada" cuek Maurel.
"Mau ikut saya?"
"Kemana?"
"Panti asuhan"
Maurel mendongak menatap Justin yang juga menatapnya. Setelah berfikir beberapa saat, dia pun mengangguk setuju.
Justin tersenyum tipis, "Oke, kamu siap-siap dulu gih" perintahnya.
Maurel mendengus, "Hm" dehemnya.
***
Mereka berdua menuju panti dengan mobil yang dikendarai oleh Justin. Tak lupa membawa buah tangan untuk anak-anak yang di sana.
Mobil berhenti di depan Panti yang bernama 'Kasih bunda' di depan sana sudah ada satu mobil juga yang terparkir.
"Ayo" ajak Justin.
Maurel turun dari mobil, lalu membantu Justin mengambil barang-barang di bagasi. Salah seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.
"Nak Justin sudah datang, mari ibu bantu" ujar wanita itu.
Justin tersenyum tipis "Gak usah Bu Asih, saya bisa kok membawanya"
"Oh iya, apa Marsel sudah datang?" Lanjutnya bertanya.
"Sudah baru saja" jawab wanita yang bernama Asih tersebut.
Maurel sedari tadi hanya memperhatikan, hingga Bu Asih menoleh ke arahnya.
"Loh ini siapa atuh, kok cantik banget" ujar Bu Asih memandang Maurel sambil tersenyum.
"Saya Maurel, adiknya dia" jawab Maurel sopan.
"Ooh gitu, astagfirulloh ibu jadi lupa gak nyuruh kalian masuk. Ayo-ayo silahkan masuk" ajak Bu Asih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
