HAPPY READING 🦋
Kediaman Adhitama terlihat begitu ramai dengan para pembantu yang berlalu lalang. Terlihat seorang wanita paruh baya dengan pakaian mewah nan elegannya sedang menyuruh salah satu pelayan.
"Bi, nanti salad buah nya biar saya aja yah yang buat. Bibi tinggal siapin aja makanan yang lainnya" ujarnya.
"Siap Nyonya!" Seru Bibi dengan semangat.
"Semangat ya Bi! Jangan lupa makanannya harus enak, soalnya ini buat anak bandel itu. Bisa-bisanya dia kasih kabar dadakan gini" ujar Nyonya Adhitama yang bernama Cintia Laurencia.
Bibi yang tak lain bernama Bi Inem itu mengangguk mantap lalu berpamitan kembali ke dapur.
Dari tangga lantai dua, terlihat pria paruh baya dengan baju santai yang membaluti badannya yang masih tegap itu tengah berjalan menuruni tangga.
"Mami kenapa seheboh ini dengan kedatangan Marsel" ujarnya.
"Papi gak tau apa, kalau nanti Marsel datang bawa seseorang. Pasti orang itu spesial buat dia. Dan pastinya orang yang di bawa Marsel ini calon istrinya" jelas Nyonya Adhitama antusias.
"Kalau orang yang di bawa Marsel bu-"
"Sttt, Papi gak usah banyak omong yah. Mending Papi duduk aja sambil nonton TV" sela Cintia, Tuan Adhitama itu menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya pelan.
***
"Saya akan membawa Nio di rumah keluarga Adhitama. Jika kamu ingin menjenguk, silahkan" ujar Marsel dengan mengendong Nio.
Kini dia dan Maurel keluar dari panti terlebih dahulu meninggalkan Justin yang masih memiliki beberapa keperluan dengan Bu Asih.
Maurel membantu Marsel membuka pintu mobil bagian belakang, "Jika anda mengizinkan saya akan kesana jika rindu sama Nio, dan jangan sungkan meminta bantuan kepada saya dengan hal yang berhubungan dengan Nio" jelas Maurel.
Marsel berdehem dengan mengangguk. Maurel menatap Nio, mengusap pelan rambut balita yang tertidur pulas setelah itu menutup pintu mobil.
Marsel memerintahkan Exel sekretaris sekaligus asisten pribadinya itu untuk menyalakan mobil.
"Sampai jumpa"
"Hm" balas Maurel. Mobil pun melaju meninggalkan panti asuhan itu.
"Kau sudah memberitahu Mami?" Tanya Marsel.
Exel melirik Marsel dari kaca mobil, "Sudah tuan, saya sudah memberi tahu Nyonya Cintia akan kedatangan anda"
"Tapi, sepertinya Nyonya besar tidak mendengarkan saya saat saya mengatakan jika anda akan membawa balita kerumah" lanjutnya.
Marsel menghela nafas. Pasti akan terjadi kesalahpahaman nanti. Nio melenguh di dalam dekapannya, dengan refleks Marsel mengusap punggung balita itu pelan sampai ia kembali tidur tenang.
"Exel"
"Ya tuan?"
"Apakah merawat anak akan sulit?"
"Jika anda ragu, kenapa anda mengadopsi Nio tuan?" Bukannya menjawab Exel malah balik bertanya.
"Aku menyayanginya" jawab Marsel singkat.
"Secara tiba-tiba?" Heran Exel.
"Apakah rasa sayang harus datang dengan izinku terlebih dahulu" ujar Marsel menatap datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
