Hai Readers ❤️
•
•
•
•
•
-Happy Reading-
Pagi hari ini terasa sangat berbeda karena terdapat kehadiran Nio bersama mereka di meja makan.
Keceriaan bocah kecil itu terkadang membuat gemas tak urung juga kesal. Seperti saat ini setelah Maurel memandikan Nio dan berlanjut ia menyiapkan diri untuk berangkat sekolah.
"Mama! Ayo akan!" Teriak Nio menoleh ke arah Maurel yang berjalan menuruni tangga.
Sampai didekat mereka, Maurel mengangkat Nio yang duduk di kursi lalu memangku anak itu.
"Nio mau sarapan apa?" Tanyanya.
"Nio mo akan loti" jari telunjuknya menunjuk ke arah roti.
Dio, Gio dan juga Justin memperhatikan interaksi kedua manusia itu. Sungguh hangat mereka rasakan.
"Kamu juga sarapan, Rel" ujar Justin.
"Setelah Nio makan" jawab Maurel singkat.
Justin mengangguk maklum. Mereka memulai sarapan dengan tenang. Sesekali mata Gio melirik ke arah Ibu dan anak itu. Tampak sangat manis dan hangat.
"Oh iya, Abang kalian Alvian lagi ada urusan kampus di luar kota. Jadi dia akan nginep disana supaya gak bolak-balik" ujar Justin memberi tahu sambil mengelap sudut bibirnya menggunakan tissue.
"Aku berangkat dulu udah selesai sarapannya" Gio bangkit dari duduknya kemudian menggendong tas sekolah yang berada di kursi sampingnya tadi.
"Maurel mau bareng aku gk?" Tanya Dio.
Gadis itu menggelengkan kepala sambil menjawab "Gak, gue bawa motor sendiri aja"
"Nio ditinggal sekolah dulu sama Mama gapapa kan, sayang?" Lanjut Maurel.
"Ndapapa Mama"
"Nanti Nio biar main sama Abang lagipula juga ada Bi Minah yang nemenin" ujar Justin mengerti kekhawatiran Maurel.
"Kamu cepet berangkat sana. Telat nanti"
"Yaudah Bang, Kita berangkat dulu" pamit Dio. Menggandeng tangan Maurel yang langsung disentak oleh gadis itu.
"Gue bisa jalan sendiri kali" ujar Maurel. Sebelum pergi gadis itu mencium wajah Nio dengan bertubi-tubi.
***
Maurel dan kedua sahabatnya berjalan di koridor menuju kantin. Beruntungnya mereka dua jam pelajaran sebelum istirahat tadi kosong. Akhirnya kesempatan itu mereka gunakan untuk istirahat terlebih dahulu dari kelas lainnya.
Tak memperdulikan jika akan ada guru atau ketua OSIS yang memergoki mereka. Toh jika mereka dihukum dengan senang hati mereka akan melakukannya. Apapun yang dilakukan harus menanggung resikonya bukan?
"Sepi amat nih kantin" celetuk Gabriella.
"Lo mau rame ya bakar aja. Udah tau belom waktunya istirahat juga" sahut Yura menimpali omongan nyeleneh sahabat satunya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Ficção Adolescente"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
