HAPPY READING 🦋
Maurel memasuki kelas 11 MIPA satu yang merupakan kelasnya. Hal itu dia ketahui dari Bi Minah yang memberitahu
Sesaat ruang kelas menjadi hening ketika ia masuk. Semua penghuni kelas menatapnya dengan pandangan berbeda-beda. Dan itu karena perubahan tampilannya yang mencolok.
Tak menghiraukan pandangan mereka. Ia pun langsung berjalan menuju bangkunya yang terletak di pojok belakang sendirian.
Tak lama kemudian seorang guru perempuan datang memasuki kelas.
"Selamat pagi. Kita mulai saja pelajarnnya" ujar beliau.
Semua siswa mengeluarkan buku mereka masing-masing. Guru itu menjelaskan bab yang mereka bahas.
"Oke, kalian baca halaman 10-15 itu. Lalu tiga anak maju ke depan tolong jelaskan bab tersebut, jika tidak ada tiga anak yang maju kalian tidak boleh ada yang beristirahat"
Mereka pun saling berbisik-bisik panik. Mungkin menurut banyak orang tugas tersebut sangatlah mudah. Tapi bukan itu yang menjadi permasalahannya. Masalahnya adalah guru tersebut sangat teliti dalam mengkoreksi penjelasan mereka.
Jika ada yang kurang dari penjelasan tersebut maka guru itu akan terus mengoceh tanpa henti dan berujung mereka diberi tugas menumpuk.
"Waktu membaca kalian sudah habis. Sekarang silahkan tiga anak maju secara bergantian menjelaskan!"
Satu siswi perempuan maju ke depan membuat siswa lainnya bernafas lega. Siswi tersebut menyampaikan penjelasannya. Setelah selesai, guru tersebut mengkoreksi beberapa penjelasan yang menurutnya kurang.
"Oke. Masih ada yang kurang, silahkan yang kedua"
Cowok dengan kacamata berdiri dengan sedikit ragu. Dia berjalan menuju ke depan. Lalu guru tersebut mempersilahkannya.
"Lumayan cukup bagus. Sekarang yang ketiga"
Kelas tersebut hening. Semua saling menatap satu sama lain. Ada yang berbisik menyuruh temannya yang maju. Ada yang pura-pura tak mendengar.
Srekk
Maurel berdiri dari duduknya menimbulkan suara kursi yang bergesekan. Gadis itu berjalan maju ke depan. Tak lupa membawa buku yang berisi catatan ringkasan materi.
"Oh kamu Aurel, baik silahkan dimulai" guru itu sedikit terkejut ketika Maurel yang maju. Setahunya gadis ini adalah siswi yang sangat pendiam bahkan ia mengira siswi itu anti sosial.
Maurel mulai menjelaskan bab tersebut secara rinci dan jelas. Beruntung di kehidupan dulu dia sudah pernah mempelajari bab ini. Sepertinya dia juga harus berterimakasih kepada kedua orang tuanya dulu karena selalu mengekang dalam hal pendidikan.
"Aurel penjelasan kamu membuat saya kagum. Sepertinya kamu sudah mempelajari bab ini sebelumnya? Apa benar?"
Maurel hanya mengangguk singkat.
🦋🦋🦋
Kringg kringg
Bel istirahat sudah berbunyi nyaring. Semua siswa siswi berhamburan keluar kelas menuju ke kantin.
![](https://img.wattpad.com/cover/286113948-288-k818412.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...