HAPPY READING 🦋
Brukk
Prangg
Semua atensi para siswa yang masih berada di kantin langsung tertuju kepada dua cewek yang berada di tengah.
Begitupun Maurel, Yura dan Gabriella yang tadinya membahas Ali jadi terkejut mendengar suara gebrakan meja dan mangkuk yang pecah.
"Lo tuh gimana sih!?"
"Disuruh beli yang gak pedes malah lo kasih pedesnya banyak gini. Lo mau buat gue sakit perut?!!" Bentak Laura.
Ya, dua cewek itu adalah Laura dan gadis cupu yang disuruhnya membeli makanan. Tapi gadis cupu itu melakukan kesalahan dengan membelikan makanan yang pedas.
"A-aku gak se-sengaja kakk" jawab gadis itu gemetaran. Ia terus menunduk tak berani mengangkat kepalanya.
Bruk
"Emang gak guna ya lo!" Hina Laura setelah mendorong gadis itu hingga terjatuh di lantai.
Gadis cupu itu menangis sesenggukan, ia merasa kesakitan karena Laura saat ini tengah menjambak rambutnya dengan keras hingga ia kepalanya mendongak.
"Sekarang juga lo beliin gue makanan lagi, kalo dalam waktu satu menit makanannya belum dateng, gue bakal habisin lo disini" desis Laura.
Semua siswa hanya bisa menonton, mereka tak ingin ikut campur karena Laura sekarang dekat dengan Kenzie. Sedangkan Kenzie beserta ketiga temannya hanya melihat kejadian itu dengan diam.
Tapi tidak dengan Maurel. Dia menatap gadis cupu itu dengan kesal. Kenapa juga gadis itu tidak mau melawan saat didorong tadi. Ini tidak bisa dibiarkan. Maurel terlalu muak melihat mereka yang suka sekali menindas orang di depan umum seperti ini.
"Cepetan cu-" ucapan Laura terpotong saat kakinya yang hendak menendang gadis cupu itu ditendang terlebih dahulu oleh seseorang hingga Laura sedikit oleng.
"Gak usah main kasar" ketus Maurel dengan tatapan tajamnya. Ia melirik Yura dan Gabriella memberi isyarat kepada mereka untuk membantu gadis cupu itu berdiri.
Lalu ia beralih lagi menatap gadis angkuh didepannya ini dengan tatapan sinis.
"Lo Siapa hah? Gk usah ikut campur lo!" Seru Laura.
Maurel tersenyum sinis "Cih, Ternyata perubahan gue cukup buat lo gak ngenalin siapa gue" jedanya sambil melirik Dio dan Gio yang sedang menatapnya.
"Kalo gitu kenalin. Maurel Anastasya Devandra, cewek yang dulu anggap lo sahabat" ujar Maurel.
"Hah? Jadi bener ini lo, Aurel?" Tanya Laura remeh. Menatap Maurel dari atas sampai bawah.
"Don't call me Aurel, bitch!" Desis Maurel dengan langkah mendekat.
"Karena Aurel yang dulu mati dan sekarang nama gue Maurel not Aurel" ujarnya.
Dio dan Gio yang mendengar itu merasa deja vu, ingatan mereka kembali saat Maurel mengatakan itu di meja makan tadi pagi.
"Gue mau kasih tau sama lo. Jangan sok berkuasa di sini. Karena lo gak punya hak buat nyuruh mereka jadi babu lo" ujar Maurel. Kata mereka yang disebut Maurel itu maksudnya anak-anak cupu yang selalu dibully oleh Laura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
