HAPPY READING 🦋
"Awasi mereka jangan sampai buka mulut"
"Kalau mereka bongkar semuanya, sebelum itu terjadi habisi mereka"
"Hahaha akhirnya kau mati juga kakak"
"Anak bungsumu kasihan sekali kak, dia tidak dianggap oleh suami dan anak-anakmu yang lainnya"
"Aku sudah memperingatkanmu jika aku akan merebut suami tercintamu itu"
Maurel langsung terbangun dari mimpinya itu. Ia terbangun dengan keadaan nafas yang tersengal-sengal dan juga keringat yang bercucuran.
"Hah, gila. Dia benar-benar gila" gumamnya.
Itu adalah mimpi tentang masa lalu Aurel. Mimpi itu seperti puzzle yang tidak berurutan. Tapi di dalam mimpi tersebut dia melihat Aurel yang masih berusia anak-anak.
Dan di dalam mimpi itu ia melihat Aurel sangat terkejut saat mengetahui jika kematian Mamanya dulu disebabkan karena diberi racun bukan meninggal karena kehabisan darah setelah melahirkannya. Ia selalu memberi tahu Papa dan juga keempat Abangnya. Tapi itu semua berujung dengan dia yang dimarahi dan dibentak.
"Tolong bongkar semua rahasia itu Maurel" Maurel tersentak saat seseorang berbisik di telinganya. Saat ia menoleh ke kanan dan kiri tapi tidak mendapati siapa-siapa.
"Lo siapa!" Seru Maurel mengema dikamarnya.
Hening. Tidak ada sahutan. Hingga ketukan pintu terdengar, ternyata itu adalah Bi Minah.
"Non Maurel, Non disuruh turun ke bawah sama tuan!"
"Iya Bi, Maurel akan keluar!"
Maurel pun keluar dengan mengunakan baju piyama polosnya yang berwarna abu-abu. Ia juga mencepol rambutnya asal.
Sesampai di ruang tamu. Ia melihat Papa dan Abang-abangnya yang menunggu kedatangannya. Kecuali Justin, yang tidak ada di situ. Mungkin pria itu masih berada di kantor.
"Ada apa?" Tanyanya datar dengan posisi masih berdiri.
"Duduk" perintah Alex. Maurel pun menuruti perintah sang papa itu. Ia duduk disofa sebelah Alvian.
"Kamu tau apa salahmu disekolah?" Tanya Alex tajam.
"Saya tidak mempunyai salah di sekolah" Balas Maurel tenang.
"Dengan kamu membuat masalah dikantin kamu bilang tidak mempunyai salah?" Ujar Alex menatap tajam Maurel.
"Saya memang tidak salah" ujar Maurel penuh penekanan.
Plak
Alex berdiri dan langsung menampar pipi Maurel yang terkena tamparan dikantin tadi. Ia kasihan dengan pipinya, sepertinya banyak yang berminat untuk menampar pipi itu.
"Dengan kamu yang membuat kericuhan dan hampir membuat tangan salah satu siswi disana hampir patah kamu masih tidak mengaku salah?!" bentak Alex.
Maurel memejamkan matanya, bukan karena takut tapi berusaha memendam amarah didalam dirinya. Dia tidak ingin emosinya meluap dan berakhir membentak pria yang ia anggap orang tuanya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
