HAI READERS ❤️
HAPPY READING 🦋
"Rell, tunggu dulu!"
Maurel menepis tangan Yura yang menahannya, dia menatap sahabatnya itu dengan wajah yang sembab.
"Apalagi yang gue tunggu! Gue gak tau gimana keadaan Nio sekarang, dia udah makan atau belum?"
"Dia pasti ketakutan sekarang, Ra" lanjutnya melirih.
Yura dengan pelan menarik Maurel ke pelukannya. Dia mengerti jika sahabatnya ini pasti sangat ketakutan dan khawatir akan kondisi Nio apalagi dia masih kecil.
"Gue ngerti Rel gimana cemasnya lo sekarang, tapi lo harus tenang dulu baru bisa cari Nio kemana. Kalo lo pergi mencari Nio dengan kondisi lo sendiri kek gini itu malah makin sulit" tutur Yura memberi nasihat.
"Semuanya lagi berusaha sekarang, Papa lo, Abang lo, kita, apalagi keluarga Adhitama yang merasa gagal jagain cucu mereka"
"Kita tunggu beberapa saat dulu yah, baru kalo lo udah tenang dan bisa berfikir jernih kita cari Nio sama-sama sampe ketemu"
Maurel mengangguk dalam pelukan. Yura pun menuntun gadis itu untuk masuk lagi ke dalam rumah Maurel.
"Maurel" Alvian mendekati Maurel yang berwajah sembab itu.
"Jangan sedih, Abang gak tega liat kamu kayak gini"
"Justin sama Papa ikut Marsel pergi cari bareng-bareng, kamu kurangin khawatirnya yah pasti bentar lagi Nio ketemu kok"
Maurel hanya diam tanpa menjawab, pandangannya menatap kosong tapi dibalik itu sangat jelas begitu gelisahnya dia.
Hening beberapa saat, hingga Yura kembali berkata "Emm, lo makan dulu yah. Dari tadi belum makan tuh" ajaknya.
"Gue gak nafsu" jawab Maurel singkat. Yura menoleh ke Alvian dengan menghela nafas.
•••
Di dalam sebuah kamar kecil itu terdapat bocah yang tertidur di atas ranjang yang muat ditiduri satu orang saja. Dia, Nio. Anak kecil yang diculik tadi siang.
"Uugh, Nio di mana?" Gumamnya menatap sekeliling.
"Hah!, Nio tadi di culik om-om jelek!" Serunya saat tersadar apa yang terjadi padanya.
"Nio halus kabul dali sini!" Kaki kecilnya dengan pelan turum dari atas ranjang yang tidak tinggi itu.
Berjalan dengan langkah kecilnya ke arah pintu lalu memegang kenop pintu berusaha membukanya. Tapi hasilnya nihil pintu tak kunjung terbuka.
"Kok gak bisa dibuka!" Serunya kesal.
Dug dug dug
"Om jelek! Buka pintuna! Nio mau pulang!!" Teriaknya.
Berulang kali dia lakukan tapi tak ada suara yang menyahuti. Nafasnya sudah terengah-engah karena lelah berteriak.
Bibir bawahnya melengkung ke atas dengan mata berkaca-kaca, Nio menahan tangisnya.
"Nio takutt, kalo nti Nio di mam Nenek sihil gimana?" Ujarnya.
"Mamaa! Papaa! Nio takut di mam Nenek sihil Huaaaa!!"
Cklek
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Teen Fiction"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...
