HAPPY READING 🦋
Pagi ini Maurel memulai harinya seperti biasa. Bedanya karena hari ini kelas akan jamkos, jadi dia sekalian bolos.
Bertepatan juga dengan Alvian yang tidak kuliah pagi. Jadi dia bisa menagih syarat yang ia ajukan kemarin malam saat menemani Alvian.
Maurel menuruni tangga dengan badan yang sudah segar. Meja makan sudah dipenuhi dengan Alex beserta semua anak laki-lakinya.
Maurel sedikit menaikkan alisnya bingung, kemarin malam saja rumah terasa sepi. Tapi sekarang semua ada dirumah. Ia kira tidak ada yang pulang kemarin.
Tak memusingkan masalah tersebut. Ia menghendikkan bahunya acuh. Ia pun duduk disalah satu kursi yang berada di samping Justin.
Makanan sudah siap sedia di atas meja. Alex pun memberi arahan untuk anak-anaknya memulai makan. Semua hening, menikmati makanan masing-masing.
"Jadi gak?" Ujar Alvian setelah beberapa saat menyelesaikan sarapannya.
Maurel menunjuk dirinya sendiri, Alvian mengangguk. Maurel menjawab dengan deheman.
"Abis ini siap-siap oke" ujar Alvian.
"Ya" jawab Maurel singkat.
"Kalian mau kemana?" Tanya Dio yang sedari tadi mendengarkan percakapan mereka.
"Mau beli kebutuhan buat kemah nanti" jelas Alvian.
"Boleh kan pa?" Lanjutnya menatap Alex meminta persetujuan.
"Boleh" Alex merogoh sakunya. Mengambil dompet lalu memberi Maurel satu kartu ATM.
Maurel menatap kartu tersebut. Justin menghela nafas, ia pun inisiatif mengambil kartu ATM itu. Setelahnya ia pun mengambil salah satu tangan Maurel dan menaruh kartu tersebut ditangan adiknya.
"Buat beli nanti" ujarnya.
"Gak u-"
"Gak usah bantah, kalo nanti lupa gak bawa lagi gimana?" Potong Justin menatap Maurel dengan sedikit jahil.
Maurel sedikit mendengus kesal. Kenapa dengan orang disampingnya ini, dia berkata seolah-olah mengingatkannya saat di Supermarket beberapa hari lalu.
"Pa, aku juga dong" pinta Gio memelas.
"Nanti papa transfer" jawab Alex.
"Kamu juga" lanjutnya menatap Dio yang hendak angkat bicara. Dio menampakkan deretan giginya, tahu saja jika dia menginginkan hal yang sama.
***
Maurel dan Alvian memutuskan akan membeli barang-barang yang diperlukan di Mall. Sesampainya disana. Maurel pergi ke salah satu tokoh baju, membeli sweater dan baju hangat lainnya.
Alvian sedari tadi berjalan mengekori Maurel. Hal itu membuat Maurel sedikit kesal. Ia pun menyuruh Alvian untuk menunggunya disalah satu restoran dekat dengan tokoh.
"Beneran nih ditunggu disana aja?"
"Iya, mending lo tunggu disana dari pada ngikutin gue kayak anak itik"
"Kan abang juga jaga kamu, mana tau ada buaya lewat terus godain kamu"
"Gue colok matanya entar. Udah lo tunggu disana aja deh"
"Iya-iya adikku sayangg" gemas Alvian sambil mengacak-acak rambut Maurel.
"Jangan diacakin bodoh! Lagi pula lo bukan abang gue!" Protes Maurel dengan galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi: I'am not Aurel
Fiksi Remaja"Gue, Maurel Callista. Gak akan lagi ngemis perhatian dari mereka" ⚠️REVISI BERJALAN ⚠️ INI ADALAH CERITA FIKSI! APAPUN BISA TERJADI DI SINI, TIDAK COPAS ATAU PLAGIAT MILIK SIAPAPUN! Bagaimana jika gadis berwajah dingin, badgirl, dan sejuta luka dih...