26. Mantu

89.6K 9.9K 660
                                    

Hai Readers ❤️





-Happy Reading-

Motor Samudra berhenti di depan kediaman Adhitama. Ia membuka kaca helm dan menerima jaket yang disodorkan oleh Maurel. Jaket itu miliknya, sempat ia pinjamkan untuk menutupi rok Maurel.

"Udah sana lo pergi" usir Maurel.

"Mana sih si Nio Nio itu" ujar Samudra dengan celingak-celinguk melihat ke rumah yg berpagar itu.

"Kenapa sih lo kayak orang cemburu gitu?"  tanya Maurel

"Yaiyalah gue cemburu, gue tuh sayang sama lo Rel. Gue gak mau lo kenapa-kenapa" jawab Samudra tulus.

"Lo anggap gue apa, Sam?" Balas Maurel.

"Gue anggap lo-" Samudra menghentikan ucapannya karena ragu. Ragu akan apa yang ia rasakan ini.

Gadis di depannya ini merupakan orang yang berharga di hidupnya. Saat ia terpuruk dan menyalahkan diri sendiri dulu, dia yang selalu memberinya semangat dan menariknya dalam kesedihan.

Yang dia pertanyakan saat ini, apa arti perasaannya terhadap Maurel sekarang. Apakah ia menyayangi Maurel karena kehadirannya yang mengantikan sosok Caca. Atau perasaannya ini merupakan perasaan yang lebih dari itu?

"Maaf cari siapa yah?" Seorang satpam menghampiri mereka berdua.

"Oh ini, apa benar ini kediaman Adhitama?" Tanya Maurel.

"Iya benar, nona tamu tuan kecil Nio yah?" Balas Satpam itu.

Maurel mengangguk, satpam itu pun mempersilahkannya masuk. Sebelum itu, ia menoleh ke Samudra.

"Gue masuk dulu, lo bisa pulang Sam" ujar Maurel. Samudra mengangguk dengan senyum tipis.

"Dan gue mau lo ceritain semua tentang kita yang gak gue inget nanti" setelah mengatakan hal itu ia pun berbalik pergi masuk.

***

"Tunggu sebentar ya Non, Bibi panggilin tuan kecil di kamarnya sama Nyonya besar" ujar Bi Inem.

Maurel mengangguk sopan. Ia duduk di sofa ruang tamu yang luas itu. Dengan menatap sekeliling, banyak benda-benda mewah dan juga kebersihannya yang terjaga. Maklum kediaman orang terpandang, pikirnya.

Dia menoleh ke arah tangga mendengar suara Nio yang memanggilnya.

"Mama!"

Nio berada di gendongan seorang wanita paruh baya yang berpenampilan mewah tapi terlihat elegan. Apakah itu yang disebut Bi Inem tadi Nyonya Besar?

"Nio" panggil Maurel. Nio sekarang berada di depannya. Bocah kecil itu meraih-raihkan tangannya ke arah Maurel.

Cintia memberikan Nio ke Maurel, "Jadi kamu yang namanya Maurel itu?" Tanyanya.

"Iya, perkenalkan saya Maurel Anastasya Devandra" ujar Maurel dengan sopan.

Cintia memperhatikan penampilan Maurel. Gadis di depannya ini ternyata masih sekolah, pikirnya. Ia pun menyuruh Maurel duduk kembali bersama Nio yang terus mengoceh dengan cadel di gendongan gadis itu.

Transmigrasi: I'am not Aurel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang