"selamat pagi dunia tipu-tipu!" pekik seseorang dari arah tangga.
Pagi yang cerah menyelimuti hari ini. Cuaca yang baik membuat mood semua orang terasa lebih positif.
"Duduk dek! Kita makan bareng." ucap salah satu anggota lainnya yang ada disitu.
Begitulah kira-kira rutinitas pagi hari yang selalu dilalui oleh keluarga kecil nan bahagia bermarga Suryana.
"Makanan udah siap semua, sekarang kita doa dulu yuk sebelum makan, biar makanannya jadi enak." ucap laki-laki paruh baya yang nampaknya seperti kepala keluarga di rumah itu.
Ketigabelas laki-laki yang sedang berkumpul di meja makan keluarga itu kini berdoa bersama, berharap agar makanan yang mereka konsumsi bisa menjadi makanan yang menyehatkan.
"Selamat makan!" pekik mereka, kompak.
Tanpa ba-bi-bu, mereka semua langsung mengambil makanan yang tersedia. Mereka dengan lahapnya memakan makanan yang tersaji kan itu.
"Masakan kak Mashi memang gak pernah gagal!" puji salah satu anggota keluarga itu.
Dia Junghwan Suryana. Anak paling bontot dirumah itu. Seorang anak laki-laki keluarga Suryana yang baru saja menduduki bangku kelas 1 SMA.
"Makasih dek! Kakak padahal baru nyoba resep ini." balas Mashi.
Yang barusan menjawab adalah Mashiho Suryana. Anak ke-3 di keluarga Suryana. Kembar 3 tapi tidak identik, dan merupakan yang tertua diantara kembaran nya. Anaknya udah kuliah tahun ke-2.
"Halah, dek, masakan lo bakal selalu enak kok!"
Kali ini yang berbicara adalah Hyunsuk Suryana alias anak pertama dari keluarga Suryana. Sudah berada di tahun ke-4 perkuliahan. Calon-calon lulus cepet.
"Namanya juga kembaran gue, ya gak Mashi?!"
Kalo yang over percaya diri itu namanya Jaehyuk Suryana, kembar tidak identik nya Mashi yang urutan ke-2. Sama aja, udah kuliah tahun ke-2.
"Kayak bang Asa dong, walau kembaran tapi gak kepedean kayak lu!"
Nah, yang sewot itu namanya Jeongwoo Suryana, anak ke-6 keluarga Suryana. Punya kembaran yang lebih gak identik lagi. Masih duduk di bangku SMA kelas 2.
Kalau yang disebut sama Jeongwoo tadi namanya Asahi Suryana, kembaran terakhir dari Mashiho dan Jaehyuk. Kuliah tahun ke-2 dan introvert. TMI aja itu mah.
"Ruto gak ikutan!"
"Dobby juga gak mau ikutan!"
"Apalagi gue! Pokoknya kalo gelut gak faedah jangan ajak-ajak Dami!"
Protes ketiga pria itu. Ketiganya juga merupakan bagian dari keluarga Suryana.
Yang pertama berucap adalah Haruto Suryana yang merupakan kembaran dari Jeongwoo dan masih kelas 2 SMA.
Setelah itu yang berucap adalah Doyoung Suryana. Anak ke-5 dari keluarga itu. Dia sudah berada di tahun terakhir jenjang SMA alias kelas 3. Tahun depan udah kuliah.
Dan yang terakhir yang pake protesan itu namanya Yedam Suryana. Anak ke-4 dan baru duduk di bangku perkuliahan alias masih tahun pertama.
"Lagian iseng banget sih kamu, Woo. Godain abangnya mulu!" tegur Hyunsuk.
"Ketularan Jihoon tuh mas!" tuduh adiknya.
Dia Junkyu Suryana, anak ke-2 di keluarga Suryana. Sebenarnya yang paling kecil diantara kembaran nya, karena dia kembar 3. Sudah berkuliah di tahun ke-3.
"KOK GUE?!" balas Jihoon.
Jihoon Suryana, kembaran dan yang paling tua diantara ke-2 kembarannya. Dia sama Junkyu kembarnya masih identik, tapi sama yang satunya gak identik. Malah lebih sering dikira triplets sama adiknya si Doyoung. Sama kayak Junkyu, udah jadi mahasiswa tahun ke-3.
"Udah-udah... Lanjut makan, nanti kalo gak pada kesiangan loh yang masih sekolah." lerai Yoshi.
Yoshinori Suryana. Kembaran kedua dari Junkyu dan Jihoon. Satu-satunya yang gak mirip sama kembarannya. Sudah menjadi mahasiswa tahun ke-3 juga.
Keributan seperti itu juga merupakan makanan sehari-hari dari papi Hanbin Suryana, kepala keluarga di rumah itu.
Sepeninggalan sang istri akibat perceraian yang ia usulkan membuat dirinya berusaha mati-matian membuat keluarga kecilnya itu bangkit dan bahagia agar bisa bertahan di kejamnya kehidupan dunia ini.
Kepahitan yang kala itu ia alami membuat dirinya bertekad untuk terus menjaga keluarga kecil nya agar tak ada satupun yang pergi...
Lagi.
"terimakasih kak Mashi udah mau gantiin papi buat sarapan untuk kakak sama adik-adiknya." ucap Hanbin dengan senyuman lebarnya.
Mashiho yang melihat senyuman itu langsung membalas dengan anggukan mantap.
Kepergian sang ibunda membuat perlahan-lahan kedua belas anak laki-laki itu merasa hidup mereka harus baik-baik saja dengan atau tanpa adanya bunda mereka.
Terbiasa dengan mereka sendiri membuat keduabelas nya termasuk ayah merasa kalau mereka nyaman dengan zona ini dan tak butuh masa lalu kembali pulang.
Aku sudah bahagia tanpa cita-citaku sayang. Semoga kamu juga bahagia tanpa keluargamu. -batin Hanbin
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴇʀᴛᴀᴜᴛ | 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 ✓
Fanfiction-𝐭𝐫𝐞𝐚𝐬𝐮𝐫𝐞 𝐟𝐭. 𝐉𝐞𝐧𝐧𝐢𝐞, 𝐡𝐚𝐧𝐛𝐢𝐧 𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘕𝘢𝘥𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘪𝘥... 𝘉𝘶𝘯, 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘫𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 " kisah tentang treasure yang bertumbuh tanpa sosok ibu " 𝘚𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘶 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘵�...