Hari terakhir pun tiba.
Tak terasa sudah 2 hari berlalu, dan sekarang waktunya Hanbin dan para pasukannya kembali ke habitat masing-masing.
Pagi ini, sebelum mereka benar-benar pulang, mereka semua mampir ke restoran dekat dengan toko suvenir.
Semua pasukan sudah masuk ke dalam bus yang dari kemarin Hanbin sewa. Saat dikiranya sudah lengkap, Hanbin akhirnya menyuruh sang supir untuk menjalankan bus itu.
Baru juga jalan beberapa meter, tiba-tiba bus itu ngerem mendadak membuat semua penumpang terlonjak kaget.
Hanbin selaku yang bertanggung jawab atas trip ini langsung mengecek keadaan dengan bertanya kepada sang supir.
"Ada apa pak?"
"Aduh maaf ya... I-itu ada anak kecil tiba-tiba ngehalangin bus! Saya terpaksa harus ngerem mendadak deh." jelas pak supir.
Mendengar penuturan itu, Hanbin langsung menoleh kearah depan. Benar saja, ternyata ada sesosok anak gadis yang sedang menghalau bus mereka dengan kedua tangannya direntangkan.
Hyunsuk dan Ben yang memang duduk dibarisan depan akhirnya menghampiri Hanbin yang tengah memasang raut sulit diartikan.
"Kenapa, Pi?" tanya Hyunsuk.
"Itu tuh... Ada anak kecil ngehalangin bus kita! Tapi dia gak pergi-pergi, entah iseng atau apa... Tapi kok kayak gak asing mukanya..." jelas Hanbin.
"Loh Queen?!" pekik Ben ketika mendapati sosok yang ia kenal yang menjadi pelaku terhentinya bus tersebut.
Hyunsuk yang mendengar nama Queen disebut akhirnya ikut menoleh. Benar saja, ternyata Queen lah yang sedang dengan beraninya menghalau bus besar itu.
Dengan panik dan tergesah, Ben dan Hyunsuk menuruni Bus itu menghampiri sang gadis kecil, disusul juga oleh Hanbin.
"Dek!" pekik Ben dan Hanbin, bersamaan.
Tak lama setelah itu, Queen langsung menghampiri keduanya dan memeluk erat keduanya sembari menangis.
"Loh, kamu kenapa?" tanya Hyunsuk, pelan.
"Queen jangan nangis ya... Cerita coba!" pinta Ben, lembut.
Gadis itu akhirnya melepaskan pelukan itu lalu mengusap air matanya. Gadis itu mulai menatap keduanya dengan sedih.
"Adek kenapa ditinggal lagi? Hiks... Kenapa semua orang hobi ninggalin adek sendirian! Kakak-kakak juga jahat karena mau ninggalin Queen!" teriak Queen.
Hanbin yang sedari tadi menyimak langsung memutuskan untuk ikut campur setelah melihat gadis itu menangis.
Maklum saja, Hanbin itu gak tegaan sama anak kecil. Ia suka keringat anak-anaknya yang suka nangis waktu kecil nyariin ibunya.
"Halo anak manis... Kamu kenapa?" tanya Hanbin, halus.
Bukannya menjawab, gadis itu malah bersembunyi dibalik badan Hyunsuk.
Ben dan Hyunsuk sama-sama terkekeh melihat gadis itu. Seolah takut sama Hanbin yang padahal berusaha menenangkan gadis itu.
Hanbin yang memang sudah bapak-bapak juga cuma bisa menghela nafas dan tertawa kecil. Baginya maklum saja kalau gadis itu ketakutan sama orang asing, berarti orangtuanya mengajarkan hal yang tepat pada gadis itu.
"Dek, ini papinya kakak. Kamu jangan takut ya!" ucap Hyunsuk, menengahi.
Gadis itu menggeleng pelan. Ia perlahan mulai membuang tatapan nya kearah lain, menghindari tatapan Hanbin.
Ben yang sadar akan respon aneh dari tetangganya itu langsung mengernyitkan dahi, bingung.
"Loh kenapa, dek? Gak biasanya kamu begini sama orang asing..." tanya Ben.
Gadis itu memberanikan diri keluar dari persembunyiannya. Ia mulai menatap wajah Hanbin lekat, membuat semuanya jadi bingung, terutama Hanbin.
"Kamu kena--"
"Om wajahnya mirip papi saya... Saya takut karena saya belum siap ketemu papi saya! M-maaf om kalau saya salah paham." lirih Queen.
Semuanya pun terdiam. Hanya Ben seorang yang menghela nafas.
"Maaf ya om Hanbin... Ini Queen tetangga saya. Dia masih SMP anaknya, makanya masih anak-anak banget pemikiran nya. Selain itu dia memang belum pernah ketemu ayahnya dan maminya cuma punya foto ayah sama kakak-kakaknya waktu masih muda gitu, jadinya dia gak tau sama wujud papinya sekarang. Memang mirip om sih, makanya dia begini... Maaf ya sekali lagi..." jelas Ben, tak enak hati.
Hanbin yang mendengar penjelasan Ben malah jadi terenyuh. Hatinya entah mengapa sakit. Seolah melihat sosok anak-anaknya pada gadis ini.
Walau anak-anaknya masih bisa melihat dan memiliki memori bersama ibu mereka, tapi Hanbin tau bagaimana anak-anaknya kesepian karena tumbuh tanpa seorang ibu.
Pasti gadis ini juga, pikirnya.
Hanbin mulai memasang senyumnya. Pria paruh baya itu mulai meraih pucuk gadis kecil itu, lalu mengusap pelan surainya.
"Jadi... Kamu kenapa nekat halangin bus gede ini, Queen? Bahaya loh, kamu bisa luka tadi kalau bus nya gak berhenti." ucap Hanbin dengan nada lembut.
"S-saya kesal om... Kak Ben dan kak Hyunsuk pergi ninggalin saya, padahal saya butuh mereka..." lirih Queen.
Hanbin pun mendongak, meminta penjelasan kepada keduanya. Peka akan tatapan sang ayah, Hyunsuk akhirnya berinisiatif menjelaskan.
"Queen ditinggal sama ibunya. Kayak yang Ben bilang tadi, dari kecil dia gak pernah ketemu sama kakak-kakaknya dan ayahnya. Sekarang dia yatim piatu, Pi, dan dia disini karena ikut nenek kerabat jauhnya buat kerja, tapi sebenarnya dia mau ke kota buat cari keluarganya. Kemarin aku dan Ben berniat bantuin dia, tapi ya kita lupa kalau kita cuma 3 hari disini..." jelas Hyunsuk membuat Hanbin mengangguk.
"Kalau begitu, Queen ikut kita aja ya?" tawar Hanbin pada Queen.
Hal itu sontak membuat semua yang mendengarnya terkejut.
"Maksudnya?" tanya Hyunsuk.
"Kan Queen mau cari keluarganya ke kota, makanya sekalian aja ikut kita. Nanti Queen tinggalnya bisa sama kita atau sama yang lain, pokoknya urusan gampang! Nanti kita semua bantuin Queen nyari ayahnya... Kesian kan dia sendirian begini." jelas Hanbin.
"Boleh banget om, kalau gak merepotkan! Aku juga gak tega kalau dia kerja disini. Nanti Ben yang izin ke nenek jauhnya, sekarang Ben anter Queen ambil barang-barangnya dulu... Makasih banyak ya om!"
Selepas kepergian Ben dan Queen, Hyunsuk langsung menatap ayahnya penuh selidik.
Hanbin yang peka cuma bisa menghela nafas.
"Kamu udah janji ke dia kan mau bantu? Toh papi gak tega liat nangis tadi... Soal biaya, tenang aja, papi bakal biayain dia sampe dia ketemu keluarga nya... Boleh kan mas?" ucap Hanbin.
Mendengar itu Hyunsuk hanya bisa menghela nafasnya. Mau bagaimana lagi, pikirnya. Toh ia tau seberapa butuhnya gadis itu kasih sayang oleh orang-orang disekitarnya.
Pikirnya daripada menolak usul sang ayah, lebih baik ia mencari cara untuk membantu anak itu.
"Ah! Gue hubungin Arin aja..." gumam Hyunsuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴇʀᴛᴀᴜᴛ | 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 ✓
Fanfiction-𝐭𝐫𝐞𝐚𝐬𝐮𝐫𝐞 𝐟𝐭. 𝐉𝐞𝐧𝐧𝐢𝐞, 𝐡𝐚𝐧𝐛𝐢𝐧 𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘕𝘢𝘥𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘪𝘥... 𝘉𝘶𝘯, 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘫𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 " kisah tentang treasure yang bertumbuh tanpa sosok ibu " 𝘚𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘶 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘵�...