"Winter..." panggil Asahi.
Sosok gadis cantik yang sedang terfokus dengan buku novel dihadapannya itu langsung mengalihkan pandangannya kala namanya dipanggil.
"Kenapa, Sa?"
Asahi yang memang menjadi sosok yang memanggil nama winter tersebut terdiam sejenak kala gadis itu kembali bertanya.
Asahi tampak menimang-nimang apakah ia harus atau tidak harus menanyakan pertanyaan yang cukup membuatnya penasaran.
"Tanya aja..." ucap Winter seolah tau pikiran Asahi.
Asahi pun tersenyum tipis saat gadis disampingnya itu dapat menebak keraguannya.
"Capek gak sih lo?"
"Hmm?"
"Capek gak sih lo, Ter, nungguin gua?" tanya Asahi memberanikan diri.
Pertanyaan tersebut sukses membuat mulut sang gadis bungkam. Gadis itu terdiam memikirkan pertanyaan dari sahabatnya itu.
Asahi yang sadar kalau gadis itu butuh waktu untuk menjawab mulai membiarkan gadis itu terdiam. Asahi malah menggerakkan jemarinya memainkan rambut Winter yang ada disebelahnya.
Bukan sebuah rahasia lagi kalau Asahi menyukai Winter, siapapun tau itu. Keluarga Winter, keluarganya, teman-teman mereka, dan bahkan anak kampus yang belum tentu akrab dengan mereka pun tahu perasaan Asahi.
Semuanya tahu karena laki-laki itu tak pernah menyembunyikan fakta kalau ia menaruh rasa sama gadis cantik itu, tapi berbeda dengan gadis itu.
Tak banyak yang tau kalau nyatanya Winter lah yang menyukai Asahi duluan. Sejak kapan? Sejak SD mungkin(?)
Entahlah yang jelas sudah sejak lama. Sejak sebelum Asahi mau menerima Winter sebagai temannya.
Winter suka Asahi karena Asahi kecil merupakan sosok yang penuh kasih sayang dan pengertian. Harus winter akui, semakin dewasa Asahi, memang laki-laki itu semakin berubah ke sosok yang tsundere dan itu semua karena Asahi bingung harus menjadi manusia seperti apa.
Asahi kecil sangat mengagumi sosok ibunya yang cantik dan hangat. Walau ditinggalkan, tapi Asahi kecil selalu menganggap sang ibunda hanya pergi sejenak dan akan kembali kelak.
Asahi selalu berharap seperti itu karena yang Asahi ingat soal ibunya hanyalah ketika mami Jennie memberikan kehangatan dan kasih sayang pada dirinya.
Tapi semakin bertambah umurnya, Asahi menjadi sosok yang belajar dengan sendirinya kalau semua itu hanya angan.
Ia dulu melihat bagaimana ayahnya sering menangis kala melihat foto lengkap keluarganya. Ia juga merupakan saksi dimana sang ibunda melangkah pergi tanpa berusaha menengok kebelakang.
Ia juga semakin sadar bagaimana rasa luka terukir dihati setiap saudaranya. Dan ia sangat sadar kalau dirinya hanya menipu diri karena tidak siap kehilangan ibu. Bahkan sampai detik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ʙᴇʀᴛᴀᴜᴛ | 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 ✓
Fanfiction-𝐭𝐫𝐞𝐚𝐬𝐮𝐫𝐞 𝐟𝐭. 𝐉𝐞𝐧𝐧𝐢𝐞, 𝐡𝐚𝐧𝐛𝐢𝐧 𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘕𝘢𝘥𝘪𝘯 𝘴𝘢𝘪𝘥... 𝘉𝘶𝘯, 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘣𝘢𝘫𝘪𝘯𝘨𝘢𝘯 " kisah tentang treasure yang bertumbuh tanpa sosok ibu " 𝘚𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘬𝘶 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢𝘯 𝘵�...