pintu hati

532 58 0
                                    

"mami, how if one day the door for us are closed?"

sang ibunda yang diberikan pertanyaan itu hanya bisa tersenyum sendu.

"it means our home are gone, darl. if it happens, just knock the door and let them know that you're back, but if they push you away, just say goodbye. those place not belong to you." ucap sang bunda.

sang anak mulai merengkuh tubuh kurus sang ibunda.

"mami Jen, jangan pernah tersenyum akan hal menyedihkan, karena kata temenku, nangis lebih bikin lega ketika kita sedih." nasihat sang anak yang dibalas anggukan oleh sang ibunda.











.
.
.









"selamat pagi dunia tipu-tipu!"

seperti biasa, rutinitas pagi hari keluarga Suryana selalu diawali dengan keberisikan.

Chaos but lovely kalau kata papi Hanbin.

mereka semua mulai berkumpul di meja makan dan kemudian berdoa lalu menyantap sarapan yang tersaji.

"hari ini papi sepertinya pulang telat, soalnya barusan papi dapet kabar katanya ada perusahaan mitra minta ngadain rapat sore nanti, mendadak gitu." ucap papi kepada anak-anaknya.

"yaudah, pi, tapi jangan makan sembarangan ya! Papi udah tua, nanti kalo papi sakit terus pergi juga kita bakal diurus siapa. pokoknya ya jaga kesehatan terus." ucap Hyunsuk.

Sang ayahanda pun terkekeh kecil. Dia tuh suka gemas dengan tingkah anak-anaknya yang sudah pada dewasa itu.

Bagi Hanbin, tak terasa kalau anak-anaknya sudah besar sekarang. Perasaan baru kemarin dia sama anak-anaknya main perang-perangan.

"aku juga kayaknya bakal pulang larut deh, mas, pi, bang, kak. Soalnya aku harus selesain proyek baru sama temen-temen sekelompok aku." izin Mashi.

mereka semua pun mengangguk. sebagai mahasiswa kuliah yang namanya kerja tugas mendadak atau sampai larut itu sudah merupakan makanan sehari-hari.

"kalo begitu nanti malem aku aja yang masak sama Jihoon, gimana?" tawar Yoshi, selaku yang pintar masak kedua setelah Mashi dirumah itu.

"okay sih gua mah, toh hari ini gue gak ada kegiatan lain dikampus, cuma kelas doang." jawab Jihoon.

"yaudah, pokoknya kalau berubah plan bilang aja ke papi, nanti papi kasih duitnya atau mungkin minta tolong mamanya Winter untuk masakin kalian." pinta Hanbin.

Yoshi dan Jihoon pun mengangguk tanda setuju dengan penuturan sang ayah. Setelah itu mereka kembali melanjutkan kegiatan sarapan bersama mereka.









.
.
.










"Mashi!" pekik seorang gadis dari arah belakang.

Mashiho yang merasa namanya dipanggil itu pun mulai menoleh ke sumber suara. Dapat Mashi lihat, ada seorang gadis tengah berlari terburu-buru kearahnya dengan tangan yang penuh dengan barang-barang. Mashiho yang sedari tadi memperhatikan gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.

ʙᴇʀᴛᴀᴜᴛ | 𝙏𝙧𝙚𝙖𝙨𝙪𝙧𝙚 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang