Clo sudah memasuki area sensitif kegilaannya. Baru empat hari, dari 34 orang regunya kini tersisa hanya 20 orang. Sudah mati-matian Clo mengubah rencana A menjadi rencana B dan C. Misi apa ini? Tidak ada yang memberitahu sedang ada perang konflik saudara di jalur penyergapan Iran. Bukan peleton yang seharusnya ia bawa tapi batalion sekalian.
Luke sudah menarik Bum untuk bergabung bersama regunya dan Clo hari ini. Luke menjelaskan kondisi Clo yang tidak baik-baik saja. Di dalam truk penyamaran yang membawa mereka ke jalur hutan yang tak jelas rimbanya, semua pucat tidak menyangka tugas lapangan mereka bisa demikian brutal. Berdoa adalah satu-satunya jalan agar mereka semua masih bertahan sampai sepuluh hari ke depan.
Clo berusaha tegar tapi tidak bisa menyembunyikan guratan ketakutan. Bum menarik Clo ke dalam pelukannya. Tidak ada yang bisa ia ucapkan juga. Idris, partnernya selama 20 tahun sudah gugur terlebih dulu di hari kedua. Ia sama paniknya, ditambah kondisi fisik yang lelah tak ada ampun.
Ledakan kencang terdengar dari jarak 200 meter truk mereka. Terpaksa truk yang mereka tumpangi berhenti dan mengecek apa yang terjadi. Pias, wajah Clo melihat satu lagi truk regu lain yang berjalan di depan truk mereka terbakar habis tanpa sisa. Setengah peralatan tempur mereka ada di sana.
Tembakan entah dari mana datangnya, menembaki truk Clo. "Order arms, post arms, and take arms now!!!" Clo berteriak pada regunya yang mendadak panik dihujani peluru.
"Go to the jungle now, bring anything that helps us." Bum menyuruh sisa regu masuk ke dalam hutan. Sementara Clo dan Luke dengan senjata HK416-nya disertai mata elang mereka berhasil menemukan biang keladi dan membombardir musuh di depan mata, melindungi 11 orang di belakang mereka.
"Cukup Clo, Luke!" Bum menghentikan penembakan tiada henti dari dua manusia beringas yang melepaskan setiap peluru dengan perasaan frustasi, memaksa mereka ikut masuk ke dalam hutan. 13 orang berlarian mengikuti arah peta jalur penyergapan selanjutnya. Semakin masuk ke dalam hutan, suasana semakin tidak menguntungkan. Luke yang sudah tiga kali ke Iran tidak pernah tahu ada jalur ini.
"Stop! Stop!" Clo berhenti, mengatur napasnya. Ini bukan lagi butuh rencana C kalau ada rencana sampai Z ia akan siapkan sekarang. Waktunya masih ada sepuluh hari tapi tersisa 13 orang, iblis pun mundur kalau diserbu tak beraturan seperti saat ini. "We need MQ9 Reaper Drone, contact quarter base right now!" Clo menyuruh Samantha untuk meminta bala bantuan. Clo merosot duduk di salah satu pohon.
"Clo.."Bum sudah melihat gelagat tidak enak, Clo berusaha menyelamatkan semua orang yang tersisa.
"Seberapa jauh?"
"Clo!"
"Seberapa jauh?"
"Tiga kilometer dari sini." Luke menjawab.
"Rencana D." Clo membuka backpack-nya mengeluarkan peta dan menyuruh semua mengecek sisa senjata apa yang bisa mengeluarkan mereka dari lubang neraka tak berujung.
Korea Selatan, Seoul
Laki-laki Asia berkulit putih sibuk dengan lima layar di depannya. Tangannya sibuk mengetik berbagai macam kode, hanya dia yang mengerti. Sampai radio panggilan mengirim laporan tidak menguntungkan dan mengenakan. Ia bergegas melapor ke bos besar di ruang rapat.
"Our scouts saw some military troops about two miles east from our base."
"Goddamnit, Chan and Woo?" Rahang laki-laki yang sudah jelas bosnya mengeras, ada saja kendala yang harus dibereskan.
"Already in place."
"Kau tahu apa yang harus dilakukan, bunuh mereka." Kilatan amarah jelas terpancar di matanya ia merasa dibodohi oleh orang-orang suruhannya. Butuh empat hari untuk membunuh 34 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
Fiksi PenggemarClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...