Execution

29 3 0
                                    

"No, no, no Sir." Clo menghindari pembicaraan berikutnya dengan Tuan Campbell dan Luke. Ia berjalan ke pagar semen dekat dengan tebing. Mau marah dengan siapa ia kali ini? Berapa nyawa lagi yang harus hilang?

Luke hampiri Clo, ia mengambil ponselnya dan memutar sebuah video. Terdengar sebuah band memainkan sebuah lagu. Satu lagu yang Bum nyanyikan di bar sepuluh tahun lalu untuk Clo. Luke menyodorkan ponselnya ke hadapan Clo. Ada senyum mengembang ketika sahabatnya melihat video itu.

"Hold on, little girl. Show me what he's done to you. Stand up, little girl. Broken heart can't be that bad"

"Ayolah Clo," Luke melanjutkan nyanyian di video. "I'm the one who wants to be with you. Deep inside I hope you feel it too. Waited on a line of greens and blues. Just to be the next to be with you."

Clo ingat jelas, sepuluh tahun lalu sebelum Bum menyatakan perasaannya. Aksi nekatnya bersama Luke, Idris, dan Samantha naik ke atas panggung, berkata, "this song I dedicate for a girl who drink too much in the bar. Hey Clover, let me take you home tonight." Semburat merah muncul di wajah Clo, mendengar pernyataan Bum di atas panggung.

"I've seen it all go down. The game of love was all rained out. So come on baby, come on over. Let me be the one to hold you. I'm the one who wants to be with you. Deep inside I hope you feel it too. Waited on a line of greens and blues. Just to be the next to be with you."

Clo tertawa tetapi menangis bersamaan, dipegang dadanya, sakit di hatinya belum hilang. Perihnya masih terasa, rindu dengan sentuhan tangan Bum malam itu. Rindu pada laki-laki yang menciumnya di bawah rintikan hujan, di depan pintu rumah kecil Clo di California.

Luke menarik Clo ke pelukannya, "why be alone when we can be together, baby? You can make my life worthwhile. I can make you start to smile." Luke ingat betapa Bum terus mengucapkan lirik sakti itu pada Clo. Berharap semua kesedihan Clo terangkat, Luke cium kening Clo lekat-lekat. "Clo, don't feel alone, I'm here for you." Ia lalu menarik sahabatnya ke dalam pelukannya dan membiarkan Clo menangis.

"Aku rindu Bum, Luke. Aku rindu segala hal tentangnya. Aku rindu malam itu, kita tertawa bersama tanpa memikirkan keesokannya harus kembali ke markas. Sungguh aku sangat berharap, anak ini adalah anak Bum."

"Besok kita pulang, Clo. Langsung ke Colorado?"Clo mengangguk, ia lelah dengan rencana balas dendam tak berujung. Ia hanya rindu rumahnya.

Suasana mengharukan ini terpaksa terganggu oleh suara Flo. Perempuan itu menyiapkan tiga set baju seragam tentara.

"Clo, mianhae." Flo menepuk pundak Clo pelan sesaat setelah menyerahkan seragam itu pada Clo.

"Untuk apa Flo? Kau tidak bersalah apa pun, kenapa kau yang minta maaf. Gwaenchana, sudah terbiasa hidup 15 tahun, menghadapi hal seperti ini." Clo tersenyum kepada Flo. Clo mengambil tiga set baju seragam dari tangan Flo.

Ia tertawa miris, begitu niatnya seorang Taecyeon menghabisi nyawa orang kesayangannya sampai harus lengkap menggunakan seragam kesatuan mereka bertiga. Clo tahu tidak mungkin seorang Taecyeon berniat mencuri. Alih-alih seperti itu, manusia licik itu membuat tiruan yang sama persis.

Clo duduk bersandar di pagar semen berbeton, mengangkat tangan kirinya dan melihat ke cincin nikah yang melingkari jari manisnya. Tepat saat itu juga matanya beradu pandang dengan Junho. Laki-laki yang terus melihat ke arah Clo dari jendela kamarnya. Clo menurunkan tangannya dan melihat Junho, matanya menunjukkan tatapan tidak bersahabat kepada laki-laki itu. Di mana bantuannya saat ia butuhkan?

"Ck kau mencintainya dan ia mencintaimu. Duniamu benar-benar menyebalkan." Luke duduk di samping Clo, paham ke mana arah pandang Clo.

"Kamu tidak tahu apa-apa." Clo menurunkan pandangannya dan menatap Luke.

Blood Shot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang