Tepat di hari keenam, Luke memanggil dua orang kepercayaannya, Adrian dan Brent untuk ikut berkumpul bersama Clo, Junho, Gerard, Ted, dan Smith. Semua orang memasang mata dan telinga mereka baik-baik, saat Junho menjelaskan tentang The Trader.
Sampai ada satu hal yang tidak disetujui oleh Clo. Ia menolak mentah-mentah rencana yang sudah disusun oleh Junho.
"No dear, you're wrong. To take down The Trader, you need to do this." Clo menggambar sebuah pohon di papan tulis, "start from the leaves, the stems to the roots. Like playing a game. Begin with the easy target before aiming the guns at the boss." Clo memutar badannya mengarah ke semua orang yang berkumpul di ruangan.
"Jadi kamu akan melenyapkan seluruh sekutu dan kompetitornya, sebelum berperang dengan The Trader?" Adrian menyimpulkan maksud Clo.
"Yes, exactly. All this bastard should feel what we felt, when we lost our family. They must lose everything." Clo keluarkan amarah yang sudah lama terkubur. Ia mengambil pisau lipat dari atas meja Luke, berjalan ke arah papan tulis. "Laki-laki ini menghilangkan nyawa suamiku, teman-temanku, keluargaku, reguku, dan mengambil anakku. Dia harus membayar semua kesalahannya dengan nyawanya." Clo menancapkan pisau lipat itu ke foto Taecyeon.
"Siapa yang ingin kamu bunuh terlebih dulu di The Trader?" Luke, teringat kembali akan rasa sakitnya kehilangan seorang ayah. Berapi-api dengan rencana Clo.
"This two. Dua manusia yang tertawa kencang ketika suamiku mati di depan mereka. Menentukan hidup dan mati Bum lewat koin." Clo menunjuk foto Chansung dan Wooyoung, "Mereka berdua tetap tertawa saat Emily, Gil, Sasha, dan Steve mati. Next time, I will laugh so hard, when their blood come out from their head."
"Lalu?" Smith mulai menunjukkan ketertarikannya akan rencana balas dendam Clo.
"Aku membutuhkanmu, Gilbert, dan Ted untuk menjadi mata dan telingaku. Manusia ini..." Clo menunjuk foto Nichkhun, "can only be defeated, when all his technology systems are paralyzed."
"Kapan kita mulai?" Brent maju selangkah dari posisi berdirinya, siap membantu.
"Tiga hari dari sekarang. Kita mulai dari semua kekacauan ini bermula, Iran. Mundur dari rencana awal tapi lebih baik kita susun baik-baik semua rencana daripada gagal nantinya. So, who's with me?" Clo harus memastikan semua orang yang berada di ruangan ini, akan mendukung misinya.
Beruntung bagi Clo, karena semuanya mengangguk setuju dan mulai merencanakan tugas mereka masing-masing.
Selagi kelompoknya sedang berkutat dengan rencana mereka, Clo keluar ruangan untuk menjernihkan kembali pikirannya. Ia berjalan menyusuri lorong dan berdiri tepat di depan foto-foto satuan militer angkatan darat.
Ia tersenyum melihat fotonya setelah dilantik sebagai Sergeant Major. Senyumannya semakin mengembang, melihat foto dirinya bersama semua orang yang pernah hadir di dalam kehidupannya.
"Mr. Campbell, are you happy in heaven with Meghan? Luke and your wife, just being ok in here. Say hi to Meghan. Tell Meghan 'I miss you, sis. Miss our chit chat in your room.' "Clo mengalihkan pandangannya ke foto Samantha dan Idris, yang berpose tepat di belakangnya dan Bum, "did you both get the wedding present from God?" Senyuman Clo semakin tipis, ketika melihat foto Bum. "Hon, I have a son. His name is Joon Woo, Lee Joon Woo. His face is just like his father, my loved one now. But, his eyes..." Clo menitikkan air matanya, mengingat anaknya, "is mine." Clo menyeka air matanya.
Junho yang sedari tadi melihat Clo berbicara sendiri di depan foto. Berjalan, menghampiri Clo. Ia melihat apa yang ditangisi Clo.
"Menangisi apa? Bum atau hal lainnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...