"No condom tonight."
Junho menggelengkan kepalanya. Tahu perempuan di depannya sudah sangat mabuk sampai tak bisa berpikir jernih. "No condom, eh? Bagaimana kalau kau hamil?"
Lagi-lagi Junho menggeleng saat Clo hanya menunjukkan cengirannya, tanda ia memang tak berpikir saat bicara. Junho merogoh sakunya dan menyalakan perekam suara di ponselnya. "Say it again."
"I said, let's do it without condom." Junho menyeringai. Paling tidak kalau nanti perempuan ini sadar, dia punya bukti yang kuat.
"Am I asking you to do that?" Satu lagi pembelaan ia tanyakan.
"I want you inside me, without condom! Oh c'mon Lee Junho!" Clo terlihat gusar dan menarik Junho lebih dekat ke arahnya.
Junho menyeringai dan mengedikkan bahu. Ia matikan perekam suaranya dan meletakkannya di nakas samping tempat tidur Clo. "Well, as you wish."
Clo tersenyum menggoda. Ia bahkan melepaskan sendiri tank top hitamnya, menyisakan bra hitam yang menopang gundukan di dadanya. "You! Take it off." Clo menunjuk branya, dan memukul tangan Junho yang bergerak mendekat. "With your mouth, stupid!" Clo lalu terkikik.
Junho hampir tertawa. Ia tak pernah melihat Clo menyerahkan diri sebegini liarnya. Ia turuti kemauan Clo. Diciumnya bibir perempuan yang kini mengeluarkan hawa alkohol. Entah mengapa bau alkohol justru membuatnya terlihat semakin seksi.
Ciuman Junho beralih ke telinga Clo. "I'm gonna make you scream." Ia berbisik di telinga Clo, lalu menurunkan ciumannya ke bahu. Ia tarik sebelah tali bra Clo dengan mulutnya. Clo membantunya dengan meloloskan tali bra itu dari tangannya.
Junho bergeser menciumi dada atas Clo, sebelum akhirnya menarik turun bra Clo dengan mulutnya. Seperti anak kecil yang diberi mainan, mata Junho berkilat melihat gundukan kembar yang kini tak tertutup. Ia gesekkan bibirnya di ujung gundukan sebelah kiri, yang belum apa-apa sudah membuat Clo mendesah.
Melihat mata Clo yang setengah terpejam, Junho berniat menyiksa perempuan itu. Ia akan benar-benar membuat perempuan itu menjerit. Ditiupnya puncak gundukan di depannya, lalu dijulurkannya lidahnya, menyapu puncak gundukan yang ia yakin merupakan titik sensitif.
Sesuai dugaannya, Clo menggelinjang. Tangannya meraih belakang kepala Junho dan mendorongnya ke arah dadanya. Dengan senang hati, Junho membuka mulutnya. Memasukkan gundukan itu sepenuh yang ia bisa, namun masih menggodanya hanya dengan menjilati ujungnya.
Clo mengerang saat puncak gundukan di sebelahnya ikut menjadi sasaran Junho. Jarinya memilin dan menekan puncak gundukan yang bebas. Alkohol pasti merasuki Clo terlalu jauh. Ia membuka celananya sendiri, juga celana Junho.
Kakinya membelit kaki Junho, membuat milik Junho yang sudah mengeras menempel di miliknya. Clo hanya perlu menarik paha Junho mendekat agar milik mereka bersatu. Sayangnya Junho bertahan.
"No, no, dear. Not now." Junho melepaskan kulumannya dan menatap mata Clo yang sayu. "Damn, Clo. Why are you so hot?" Junho naik ke bibir Clo dan menghisapnya. Lidah mereka beradu, sementara dua tangan Junho bergerilya di puncak dada Clo.
"Do you want more?" Junho menggoda. Clo mengangguk pelan dengan mata sayu. "Say it, do you want more?"
Clo mendengus. Tapi kenikmatannya yang tertahan membuatnya menyerah. "I want you, Lee Junho. I want more. Please, gimme more." Dengan lirih, Clo menuruti permintaan Junho.
Junho menyeringai. Ia kembali mencium bibir Clo, sementara tangannya turun ke bagian sensitif Clo. Ditekannya titik sensitif Clo yang membuat Clo meloloskan desahan di antara ciuman mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...