Di dalam apartemennya, Clo menunggu penjelasan Junho setelah tiga hari yang lalu laki-laki ini memberikan janji sumpahnya akan membantu Clo saat ia terbaring di ranjang rumah sakit.
"Kau!" Clo menunjuk Junho melalui tangannya yang terpasang selang infus. "Apa maksud perkataan bosmu, hah?" Selesai mendapatkan perawatan dan terbangun dari efek bius, Clo langsung menerjang pertanyaan pada laki-laki yang masih setia menunggunya di rumah sakit.
Junho meletakkan ponselnya di nakas samping ranjang rawat Clo, mimik wajah tidak tahu menahu ditunjukkan. "Perkataan yang mana?"
"Perkataan kau membelot ke sisiku? What the fuck Lee Junho?! Kita bahkan baru bertemu dua hari." Suara Clo meninggi melihat Junho pura-pura bodoh.
Junho tertawa mendengar sumpah serapah yang ditujukan untuknya, "kau tidak percaya?"
"Aniya!" Clo membalas tawa Junho lengkap dengan nada meremehkan. "Kenapa tidak membiarkanku mati? Kalau mati, secepat mungkin aku bisa bertemu dengan suamiku." Clo berusaha duduk, senang sekali memancing kemarahan laki-laki yang berakhir duduk di sisi ranjang.
"Kalau mau mati, kenapa tak menyerahkan diri saat di Iran?" Kerutan di dahi Junho terlihat, merasa heran dengan perempuan di hadapannya.
"Ah good question. Gerombolanmu tentu sudah memberitahu situasiku yang tidak mungkin menyerahkan diri." Clo tertawa miris, "pertama, bala bantuan dari pusat datang, dan kedua, siapa yang akan mengadakan pemakaman suamiku kalau aku mati? Tapi kembali pada pertanyaanku tadi. Kenapa bosmu berpikir kau berpindah tempat ke musuh huh?"
Clo mendengar decakan kasar keluar dari mulut Junho. "Ck, kalian akan dimakamkan bersama. Kenapa pusing memikirkan siapa yang akan mengadakan pemakaman." Junho mencibir. "Soal pertanyaan itu, intinya, aku tahu kau mau membalas dendam. Dan aku pernah kehilangan cinta pertamaku karena mempertahankan mereka. Sekarang aku ingin hidup lebih baik dan melepaskan diri. Hanya saja, itu tidak mungkin. Jadi biar kuberikan bantuan untuk melenyapkan mereka."
"Why? Jealous too much?" Sindir Clo, "bantuan? Bagaimana aku bisa percaya pada orang yang sudah mengagalkan rencanaku membunuh Ok Taecyeon?" Kedua tangannya kini bersedekap, berusaha menyakinkan dirinya sendiri kalau seorang Lee Junho ini memang sudah berpindah posisi untuk membantunya.
"Eo, I'm jealous to death. Puas?" Junho tergelak, ia tidak bisa memungkiri kalau ada percikan cemburu ketika perempuan yang ia sukai lebih memilih mantan suaminya yang sudah berpindah alam. "Kalau kau bunuh Taecyeon, kau akan berurusan dengan banyak manusia yang berkaitan dengannya. Kalau kau percaya aku, kita lenyapkan Trader dari akarnya."
Clo terkekeh melihat kilatan berapi-api di mata Junho. "Jaminan apa yang kau berikan, kalau kau tidak akan berkhianat? Loyalitasmu pada genk biadab itu saja sudah kupertanyakan, humm??"
"Dadaku, ya Tuhan. Kau pikir untuk apa menyerahkan diri di depan pistol Ok Taecyeon kalau bukan untuk membelamu?" Bahkan laki-laki yang seharusnya membela kelompoknya menepuk luka bekas tembak di dada.
Clo tidak masalah kalau bala bantuan datang, itu berarti meringankan aksi balas dendamnya. Setelah melihat semua rencana Clo di gulungan tirai. Junho melihat Clo, menunggu ia mengeluarkan suara. "Pertama, ubah dulu pikiranmu kalau The Trader adalah kelompok. Trader itu hanya satu, Ok Taecyeon. Kami semua hanya suruhannya. Kedua, rencanamu akan sangat sangat tidak berpengaruh kalau masih menjadi orang luar."
"Maksudmu?"
"Terima tawaran Taecyeon menjadi bawahannya, maka kau akan lihat sendiri. Mulai dari situ susun ulang rencana balas dendammu."
"Apa yang akan membuat seorang iblis seperti dia mempercayaiku, hah? Tidak lihat dia bisa membuatmu terluka meski ia katakan kau orang favoritnya?" Mendengar perkataan Clo. Junho jadi mendudukkan dirinya di samping Clo. Lekat ia melihat wajah Clo ada senyuman senang yang terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...