Clo bingung dengan ucapan Junho barusan. "Aku harus mengenakan ini lagi?" Clo memegang kain hitam di tangannya.
"Harus aku yang pasangkan?" Clo malas meladeni omongan Junho, ia pasangkan sendiri kain hitam itu ke matanya. Mengikat penutup mata yang sebetulnya menurut Clo tidak perlu, tidak akan ada juga yang memberikan bantuan super mewah untuk menghadapi bos The Trader.
Sepanjang perjalanan, berulang kali Clo mengembuskan napasnya kencang karenabosan tidak bisa melihat jalan ditambah suasana kikuk dengan orang di sebelahnya. Junho hanya bisa menahan senyum melihat sikap perempuan yang duduk di sebelahnya. Diajak berbicara pun hanya dibalas dengusan kesal.
Sesampainya di mansion, baru saja Clo dan Junho menginjakkan kaki, iblis beserta pengikutnya keluar dari ruang rapat. Tak ayal sindiran keluar, setelah melihat Clo dan Junho jalan bersamaan seperti pasangan baru.
"Waa terlambat sepuluh menit, sempat melakukan apa kalian di jalan?" Kalau ada mesin jahit khusus mulut manusia, rasanya ingin sekali Clo menjahit mulut Wooyoung. Nichkhun, manusia terakhir yang keluar dari ruang rapat, melihat Clo dan langsung menghampiri perempuan yang terlalu sering dibicarakan sebulan belakangan.
"Welcome Miss.. Alyssa or Clover?" Nichkhun berujar seraya menarik tangan kanan Clo dan mencium punggung tangan Clo selayaknya pangeran menyambut putri di kerajaannya. Clo menarik tangannya kesal.
"For God sake, apa semua laki-laki di sini diajarkan untuk menjadi penggoda perempuan?" Ada senyuman samar di wajah Taecyeon tanpa perlu orang lain melihatnya setelah mendengar runtukan Clo.
Nichkhun tersenyum sinis dan melihat Junho, "suits you, queen and king of disaster." Nichkhun berjalan meninggalkan Junho dan Clo mengikuti langkah kaki bosnya ke ruangan investigasi.
Junho mendekatkan wajahnya ke telinga Clo, "buka matamu lebar-lebar kali ini, lihat cara kerja mereka." Junho mengajak Clo ke ruang investigasi. Ruang kedap suara itu terbagi menjadi dua bagian ruangan. Ruang pengamat di mana semuanya berdiri melihat Nichkhun yang sedang berbicara dengan dua orang di ruangan sebelah, dan ruang investigasi tempat Nichkhun dan pembelot berada. Lebih mirip ruangan penyiksaan daripada ruangan untuk berbicara.
Lima belas menit Clo bersandar pada dinding, melihat hal membosankan baginya. Mulutnya bergerak menguap dibuat-buat. Mengambil permen lolipop kecil dari sakunya dan membuat kegaduhan sendiri dengan bungkus permen. Ketika semua diam dan melirik ke arah Clo, perempuan ini hanya mengangkat bahu.
"Mantan seorang tentara pasti tahu bukan, agar seorang sandera membuka mulutnya?" Junho mengompori Clo. Ada sunggingan senyum terbit di bibir Clo. Ia memajukan badannya dari dinding dan berjalan mengarah ke pintu.
"Watch and learn." Clo membuka pintu, memasuki ruangan, dan dengan ramahnya meminta Nichkhun menyingkir. Kalau bukan karena rasa penasaran terhadap Clo, Nichkhun tidak akan membagi kursinya kepada orang lain.
Clo membuka blazer hitam dan mengikat rambutnya. Mata Junho puas melihat lekukan tubuh mantan tentara di depannya, meski terhalang kaca. Aura Clo sampai ke ruangan ia berdiri, dingin, dan mengintimidasi.
Clo mengambil pisau kecil dan memotong tali salah satu sandera, ia biarkan satu sandera ini merasakan bebas sebentar. Clo duduk di depan sandera sambil mengikir kukunya dengan alat yang mirip kikiran kuku.
"Membosankan bukan berbicara dengan laki-laki di sini? Aku paham karena mereka lebih banyak menggoda perempuan daripada berbicara dengan laki-laki." Clo terus mengikir kukunya tanpa ada perasaan kasihan sedikit pun.
"Kami tidak akan membuka mulut untuk kalian." Sandera di depan Clo bersuara sangat tegas.
"Arasseo, aku tidak akan memaksamu mengeluarkan suara." Clo berhenti melakukan kegiatannya, "lihat cantik bukan kukuku?" Clo tunjukan jari-jarinya di depan sandera itu. Jujur semua bingung dengan aksi apa yang sebenarnya di lakukan Clo termasuk dua sandera di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...