Baru sampai mansion, Clo berlari ke arah rumput di dekat parkiran mobil. Semua sarapan dan makan siangnya keluar habis dalam satu muntahan. Semakin hebat rasa mualnya, semakin banyak yang ia keluarkan.
"Gwaenchana? Kau terlihat tidak baik-baik saja." Flo yang berada di sekitar taman depan mansion, menghampiri Clo.
"Angwaenchana, I fucked up Flo." Clo mengelap mulutnya dan menunjukkan muka piasnya ke Flo.
"Wae?" Spontan Flo bertanya, tapi segera ia gantikan keterkejutannya dengan pertanyaan senetral mungkin karena tahu batasannya mencampuri urusan orang lain. "Eh, maksudnya kalau kau mau menceritakan sesuatu.. yah.. aku.. mendengarkan."
Clo tertawa melihat reaksi Flo, "I'm pregnant." Clo menghela napas panjang. "This is not good Flo, what should I do?" Walaupun Flo tidak akan memberikan jawaban yang Clo harapkan setidaknya ada dua orang yang tahu, selain dokter kandungan yang memeriksanya kemarin.
"Omo.." Flo menutup mulutnya. "Apa Junho yang...."
"Ne." Clo duduk sembarangan di atas rumput, "aku harus apa?"
"Apa kau mencintainya? Lee Junho maksudku." Flo jadi ikut duduk di atas rumput, meski berjarak satu setengah meter dari Clo.
"Molla, sudah tiga minggu tidak ada pembicaraan apa pun dengannya. Bertemu hanya di mansion, kalau ada tugas."
"Yaaahhh, apa yang kalian pikirkan? Kau tahu kan, boss.. em.. dia.. yaaaah maksudku, dia terkadang memang tak berperikemanusiaan." Flo menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia sendiri pun bingung harus memberikan saran bagaimana pada perempuan di hadapannya.
"Maksudmu apa Flo?" Clo menyengir, "haa manusia itu, kau mendadak membicarakan manusia iblis, jadi tidak enak perasaanku."
"Eo, maksudku dengan keadaan kalian sekarang, apa yang kalian pikirkan hingga ini bisa terjadi? Bukankah kau tahu ini bisa menyulitkan kalian berdua?"
"Kau ingat setelah pertunjukanmu di bar? Aku mabuk Flo, Junho mengantarkanku ke apartemen. Sungguh aku tidak sadar meminta yang aneh-aneh dengan Junho malam itu. Terlambatkah kalau sekarang aku melakukan aborsi?" Ide untuk menggugurkan kandungannya sudah terbayang di otak Clo dari seminggu yang lalu.
"Aniya, tapi apa kau yakin? Anak itu bahkan tak bersalah." Mata Flo tiba-tiba sendu. Membayangkan calon bayi yang tidak tahu apa-apa harus melewati proses menyakitkan.
"Ara, tapi haa...dengan sikap bosmu yang seperti itu, memang ia akan membiarkan aku dan Junho hidup bahagia tanpa pantuan darinya? Aku harus kembali ke Amerika, rumahku di sana." Clo mengacak rambutnya lebih berantakan, "Flo kalau anak ini humm di ambil oleh bosmu? Ahh tidak mungkin manusia iblis sepertinya, tidak akan peduli dengan seorang bayi."
"Tidak untuk dijadikan anaknya. Haha tentu tidak." Flo tertawa kecil, sadar seorang Ok Taecyeon tidak mungkin mau mengurus anak Clo, selayaknya anak sendiri. "Tapi ada banyak cara membuatmu menurutinya, kan?"
Clo tertawa, "menurutinya? Ya ampun Flo sudah hampir setahun aku menjadi budaknya ck. Bisakah tugas kali ini aku lepas dari pantaunnya."
"Aniya, once you get in, there's no way out. Bahkan ketika kau mati, orang terdekatmu tetap dalam radar. Untung aku tak punya siapa-siapa. Hahaha.." Flo tertawa getir.
"Shit, you're so lucky Flo, sudahlah masalahku tidak akan habis kita bicarakan dalam satu hari, gaja, nanti bosmu marah-marah melihat perempuannya berbicara denganku." Clo berdiri dan mengajak Flo untuk ikut bersamanya masuk ke dalam mansion.
Baru Clo menginjakkan kakinya di dalam mansion, orang yang sangat ia hindari turun dari tangga menatapnya penuh dengan kekesalan. "HEY! Mrs. Clumsy! Ah, should I call you Mrs. Stupid?" Taecyeon pura-pura berpikir sambil meletakkan telunjuk kanannya di dagu sementara tangan kirinya berada di depan dada, menopang siku kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanficClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...