Extra Part of Blood Shot

19 0 0
                                    

Junho kewalahan menyiapkan sarapan dan keinginan anak kembarnya. Ia benar-benar merasa beruntung, ibu Luke sering menerima Ryung dan Young Joo di rumahnya dan menginap untuk waktu yang lama. Setelah Junho mengizinkan Clo kembali pada satuan angkatan darat dua setengah tahun yang lalu, kehidupan Junho berputar 180 derajat. Tanpa istri, dua anak laki-laki nyaris berumur lima tahun, dan bisnis tekstil untuk menutupi bisnis sesungguhnya, membuat Junho terkadang ingin meledakkan dirinya sendiri karena sudah jarang kehidupannya berjalan seperti saat ada Clo disisinya.

Layar komputer menunjukkan sebuah logo berputar, menunggu seseorang di seberang sana menerima panggilan videonya.

"Annyeong Jagiya," sapa perempuan berdarah Jerman-Korea ketika ia menerima sambungan video dari suaminya. "Wae? Gwaenchana?" Clo mendekati layar laptop ketika melihat wajah carut marut Junho.

Junho mengusap wajahnya "angwaenchana."

"Wae?"

Junho tak langsung menjawab pertanyaan Clo, lama ia perhatikan istrinya. "Mundur." Clo menolak permintaan Junho yang tidak masuk akal. Meski ia terlihat tidak apa-apa untuk melakukan panggilan video bersama Junho, gerakan Clo jelas menunjukkan ada sesuatu yang menunggu dirinya untuk segera kembali bertugas. "Mundur tiga langkah, Jagiya."

Tidak ingin membuat keributan, akhirnya Clo menurut. Ia mundur tiga langkah dari posisi sebelumnya. "Kau mau apa, Lee Junho?"

Junho menggerakkan jarinya sekarang, menyuruh Clo berputar. "Junho-ya, aku tahu kau lelah tapi aku mohon. Lima menit lagi sudah harus siap di bawah bersama rombongan presiden. Jadi, katakan maumu sekarang. Aku belum berpakaian."

"Justru karena kau belum berpakaian dan masih menggunakan dalaman, aku memintamu untuk berputar sekarang."

Dengusan kesal keluar dari mulut Clo tapi ia tetap berputar sebanyak dua kali menuruti kemauan aneh suaminya. "Enough, happy?"

"Damn, you're so hot Lieutenant. I miss you, Sya. Come back home, ASAP!!!"

Clo menggelengkan kepalanya tapi ada senyuman melengkung dari bibirnya. "I love you, Junho-ya. How's kids? Everything's good?"

Kali ini gelengan kepala keluar dari Junho, bedanya ia menunjukkan gestur lelah. "Aku harus mencari sekolah yang bisa menampung dua anak itu lebih lama. Sungguh, aku rindu teriakanmu di rumah, Sya. Kapan kau kembali dari Qatar? Waktu kita selalu habis di depan layar." Junho tidak tahan untuk memuntahkan keluhannya.

Clo memakai kaos hijaunya dalam gerakan cepat, rambut panjangnya dibiarkan terurai sebelum ia membuat gulungan. "Presiden sedang merancang kerjasama baru dengan pemerintah Qatar." Helaan napas lelah juga terdengar dari sisi Clo, "setelah ini aku masih harus terbang ke Bangladesh, ada..."

"Terkadang aku menyesal mengizinkanmu kembali ke militer. Seorang Luke saja bahkan masih lebih sering kembali ke rumahnya untuk menemui Sheila dan Amanda. Jabatan dia lebih tinggi dibandingkanmu, kan?"

Ucapannya terpotong, keraguan kini terlontar dari mulut suaminya sendiri. Clo memilih diam, telepon tugas berdering berkali-kali. Tangan Clo tidak juga beranjak untuk menyahut sambungan telepon itu.

"Go, duty awaits for you." Junho bersiap untuk mengakhiri panggilan video, saat suara bergetar Clo mendahului jarinya untuk menekan tombol 'leave'.

"This is what I felt when pregnant Joon Woo. Our time always..." Clo berdiri dari posisi duduknya untuk mengambil seragam satuannya. Secepat mungkin ia mengalihkan pembicaraan yang akan menyulut pertengkaran panjang. "It's okay, tadinya aku ingin mengatakan setelah Bangladesh, aku ingin mengajakmu dan anak-anak liburan ke Turki. Aku ingin memesan tiket untuk kalian karena lebih dekat kalau kalian menyusul. Aku sudah mengajukan cuti setelah dua tahun tidak bisa menghabiskan waktu bersama keluargaku."

Blood Shot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang