Semua yang bersimpati pada Clo pun tidak ia hiraukan. Sekali lagi Luke melihat sahabatnya jatuh ke dalam lubang kesedihan yang sama. Entah berapa kali ia melihat Clo mencium anaknya, memiliki harapan bayi itu bangun.
"Sya, mianhae." Junho yang duduk berseberangan dengan Clo. Mencoba terus menerus untuk meminta maaf.
"Stop the van!" Clo tiba-tiba bersuara. Diletakkannya jasad Joon Woo di kursi, ia tarik kerah kemeja Junho dan menyeretnya keluar dari Van.
Posisi mereka yang sedang menyeberangi jembatan, menjadi tempat yang sangat cocok untuk Clo mendorong Junho jatuh ke bawah aliran sungai yang deras. Tapi, ia lebih memilih untuk marah kepada Junho.
Clo todongkan senjatanya ke arah Junho. "Kau," Clo tahan air matanya agar tidak terlihat menyedihkan di depan Junho, "mau berapa kali merusak kepercayaanku? EOLMANA?!?! (1)"
Junho diam, tidak dibalasnya pertanyaan Clo. Ia sadar, di titik ini dirinya memang bersalah.
"Maafmu tidak akan mengembalikan nyawa anakku. KAU BUNUH ANAKMU SENDIRI!!!" Clo menekan senjatanya hingga satu tembakan mengenai sisi jembatan.
Luke keluar dari van, kondisi dua orang di depannya sama-sama tidak bisa ditenangkan saat ini juga. Ia biarkan terlebih dulu, sampai Clo selesai meluapkan amarahnya.
Junho berjalan mendekati Clo, tubuh bergetar Clo karena menahan amarahnya sendiri terlihat jelas di mata Junho. "Pulang Sya, bawa Joon Woo ke Iowa seperti maumu. Maaf kali ini pun aku mengecewakanmu." Junho menepuk bahu Clo berjalan menuju van, mengambil barang-barangnya. "Take care of her." Sebelum pergi, Junho titipkan Clo pada sahabatnya.
"Dude, c'mon she's only..."
"Let him go." Clo membalikkan badannya dan langsung naik ke dalam van. Tidak ada kata perpisahan yang Clo utarakan ke Junho. Rasa kecewanya mengalahkan cintanya yang pernah diberikan ke Junho.
***
Clo embuskan kepulan asap dari mulutnya. Ia lihat motel di depannya. Ada rasa malu dan bersalah yang tidak bisa ia sembunyikan. Sudah tujuh bulan berlalu sejak pertempuran terakhirnya di Korea. Clo tetap menjadi seorang Alyssa yang hidup di Iowa. Sama persis seperti keinginannya tetapi sendiri, tidak seperti mimpinya nyaris satu tahun yang lalu.
"Kamu yakin itu Junho?" Clo masih tidak percaya dengan semua ucapan Luke tiga hari lalu.
"Setelah kejadian di Seoul. Aku harus segera kembali ke Pentagon. Satu-satunya orang yang kupercaya untuk menjagamu adalah Junho." Luke masih tidak habis pikir bagaimana Clo bisa tidak sadar selama enam bulan ini yang menjaga dia adalah mantan pacarnya sendiri.
Clo masih berusaha mengingat semua yang terjadi, ia selalu menganggap yang menjaganya adalah Luke. Orang yang membantu menghilangkan ketidakwarasannya selama enam bulan ini adalah Luke, bukan Junho. Satu bulan melepaskan diri dari rasa candunya terhadap alkohol dan obat-obatan membuat Clo harus memaksa ingatannya agar mengingat setiap kejadian yang sudah berlalu begitu cepat terjadi.
"Jesus, stop being addicted Sya. You're too high or too drunk to remember all of this. If you can't love him anymore, at least say thank you before he left." Luke menyuruh Clo turun dari mobil dan membawanya ke lantai dua. Tidak masalah kalau apa yang diperjuangkan nyaris tiga tahun ini akan berakhir sia-sia. Bagi Luke, ada atau tidak adanya cinta. Clo harus mengucapkan banyak terima kasih pada Junho. Luke ketuk pintu kamar motel yang sangat ia yakini adalah kamar Junho.
Ketika kunci pintu terbuka, Clo menghindar dari depan pintu, ia tidak siap bertatapan langsung dengan Junho.
"Hey, what's up? Are you alone?" Luke menarik Clo yang bersandar pada jendela, perempuan ini harus menghadapi rasa takutnya. Clo tidak bisa lari, pundaknya dicengkeram erat oleh Luke. Matanya beradu pandang pada laki-laki yang pernah menjadi kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...