Clo terbangun di suatu ruangan, entah ada di mana dirinya saat ini. Jangankan untuk berpikir, menggerakkan badannya sendiri saja ia kesulitan. Matanya mengerjap mencoba melihat keadaan sekitar, mencari tahu keberadaan dirinya tapi nihil. Ini hanya gedung tua tidak berpenghuni.
Clo berusaha untuk duduk mencerna kejadian sebelum ini. Semakin diingat, semakin sakit kepalanya. Baru ia meraba sebuah kotak untuk berpegangan, pintu di dalam ruangan terbuka. Laki-laki dengan setelan jas hitam, mengingatkan Clo pada sesuatu. Mendadak pikirannya terbuka lebar dengan rangkaian kejadian sebelum ia berada di tempat ini. Sesaat setelah ia keluar dari gedung rapat untuk menyusul kepergian Luke ke rumah sakit, secara tiba-tiba tangannya ditarik oleh orang tak dikenal. Tubuh Clo tidak sempat memberontak dan berteriak karena kepala dan mulutnya ditutup secara bersamaan. Clo dibawa paksa masuk ke dalam sebuah mobil lalu dibius menggunakan cairan yang dibuat khusus oleh Minjun.
Belum sempat Clo melawan, laki-laki itu mencengkeram dagu Clo dan tersenyum culas. Tanpa aba-aba, sebuah tamparan kencang mengenai pipi kanan Clo. Masih dalam keadaan setengah sadar, Clo jelas tersungkur kembali ke tanah. Laki-laki itu mengangkat tangan kanan Clo, menggulung lengan panjang milik Clo, dan saat itu juga Clo melihat ada sebuah suntikan.
"Don't you dare." Pelan suara Clo tapi berisi kemarahan.
"Or what? Apa yang akan kamu perbuat, hah? Tidak ada seorang pun di sini yang akan membantumu." Clo akhirnya betul-betul sadar, kalau laki-laki di depannya ini adalah salah satu anak buah Taecyeon.
"Lepaskan." Clo berusaha melepaskan cengkeraman tangan besar laki-laki itu, namun sayang dengan tenaga yang belum cukup pulih, Clo tidak bisa melawan satu orang bertubuh besar dihadapannya.
Semakin besar perlawanan Clo, laki-laki itu tersenyum lebar dan menyegerakan tugasnya untuk menyuntikkan lagi cairan ke lengan Clo. "Please don't." Clo tetap berusaha menghindari jarum suntik menyentuh kulitnya dan tidak segan kali ini Clo meronta dan melayangkan tendangannya ke laki-laki itu.
Tidak terima dengan perilaku Clo, laki-laki itu membalas perbuataan Clo dengan memberikan dua kali tamparan kencang dan keras ke pipi Clo. Sakit, tapi Clo berusaha melawan, susah payah ia berusaha bangun dan memposisikan dirinya siap menghadapi serangan apa pun dari laki-laki sialan di hadapannya.
Meski napas Clo terengah, ia berhasil melakukan perlawanan. Menghindari pukulan dan tendangan dengan membiarkan tangan dan kakinya menjadi perisai tubuhnya sendiri. Melihat ada titik lemah, Clo membalas pukulan ke dagu, tenggorokan, dan sebuah tinju yang mengenai ulu hati laki-laki itu. Tidak lupa ia berikan sebuah tendangan ke area selangkangan, yang membuat laki-laki ini mengerang kesakitan.
Seribu sayang, erangan laki-laki itu malah membuat Clo berada di posisi tidak menguntungkan. Laki-laki lain masuk ke dalam ruangan dan tidak perlu mempertanyakan apa yang sedang terjadi. Laki-laki itu menghantamkan sebuah benda tumpul ke arah kepala Clo. Tubuh Clo langsung ambruk ke tanah.
Tidak cukup membuat kepala Clo mengucurkan darah segar dari kepalanya, laki-laki itu seperti tidak punya hati nurani dan menendangkan kakinya ke arah ulu hati Clo. Sontak Clo menggeram kesakitan bercampur marah, ia memikirkan bayi di perutnya. Laki-laki itu tidak ingin lagi ada kegaduhan yang disebabkan oleh Clo. Tidak pakai pikir panjang ia raih kedua kaki Clo, melepaskan sepatu Clo dan mengikatnya dengan tali.
"Jangan bertindak bodoh saat menghadapi wanita ini. Tubuhnya gesit, berikan suntikan itu padaku." Laki-laki itu berdiri, menengadahkan tangannya meminta jarum suntik berisi cairan yang tidak Clo ketahui isinya. Ia berjalan mendekati kedua tangan Clo lalu diikatnya kedua tangan Clo sama kencangnya seperti ikatan di kaki Clo. Segera ia suntikan cairan bening ke lengan Clo dan membiarkan efeknya bekerja di tubuh Clo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...