Seperti memutar film lama, Clo berjalan mendekati pekarangan rumah keluarga Campbell membawa peti mati Tuan Campbell kembali ke rumahnya.
Hampir setahun yang lalu, Luke berada di posisinya. Menemani Clo mengantar peti mati Bum ke keluarga Bum. Clo berdiri di belakang Luke, melihat pemandangan memilukan. Tangisan Nyonya Campbell meledak ketika melihat peti mati suaminya. Ia tidak pernah menyangka video call dua hari lalu menjadi perbincangan terakhir mereka.
Luke sendiri sudah letih dengan tangisan, ia hanya bisa memeluk ibunya erat. Clo menundukkan kepala, sama seperti Luke air matanya habis.
Di acara kebaktian dan melayat sebelum proses penguburan, Clo lebih banyak menjauh dari kerumunan, meski orang-orang yang hadir menyapanya ramah. Ia lebih memilih menyibukkan diri, membantu ibu Luke menyiapkan macam-macam selama acara masih berlangsung.
Clo juga menghindari bertatap muka dengan Tuan Wright. Daripada amarahnya memuncak, ia hanya tersenyum dan masuk kembali ke dalam rumah.
"Clo sweetheart, it's okay. Take a rest." Nyonya Campbell menepuk pundak Clo saat sedang menyiapkan kudapan.
"No, you take a rest Ma'am, I'm totally fine." Clo menyuruh Nyonya Campbell pergi ke kamarnya, ia tahu perempuan paruh baya ini tidak bisa tidur semenjak peti mati suaminya sampai di rumah. Clo hanya berusaha membantu, menebus rasa bersalahnya.
Clo banyak melamun saat prosesi pemakaman, benar-benar kosong pikirannya. Suara tiga kali letusan tembakan ke udara menyadarkannya. Melihat peti mati Tuan Campbell perlahan masuk ke liang lahat, membuat mualnya kambuh. Clo memisahkan diri dari kerumunan orang-orang mencari tempat untuk mengeluarkan muntahannya.
Clo bersandar pada sebatang pohon, air mata yang ditahan oleh Clo selama berhari-hari akhirnya tumpah membasahi pipi. Satu-satu semua orang yang dikenalnya pergi, selalu menyisakan dirinya menangis di pemakaman. Ada penyesalan di dalam dirinya, kenapa dulu tidak memilih profesi lain? Kenapa memilih menjadi tentara, padahal banyak pekerjaan di Amerika yang bisa ia pilih.
Clo melihat blok seberang, tempat Bum. Ia melangkahkan kakinya ke sana, duduk berlutut di samping makam Bum. Memegang nisan dingin, menunduk terlalu dalam, dan membiarkan air matanya jatuh ke rumput.
"Hi hon, how are you? Did you meet Mr.Campbell? I killed him, I'm a bad person. I lied to myself that revenge will be good. But no, revenge is cruel. Everything is so messed up. I'm pregnant but not yours. Clover suddenly became a bad name. I worked as a hitman just to fulfill my need for blood, for my purpose. But in the end, I screwed up. Luke should hate me right now. I have no one here, I feel empty."
"No Clo, I'm not hating you for what you've done. You are still my best friend, no matter what." Luke yang menyusul Clo setelah melihat perempuan itu lebih banyak memisahkan diri, menyanggah semua perkataan Clo, "hey dude, your girl is brave. Too bad she left the army."
Clo mengangkat kepalanya, "Apa yang kamu katakan ke Tuan Wright?"
"Tidak ada, apa yang harus aku katakan? I knew his dark secret so it's break-even. Wanna go home? You look pale."
Clo berdiri tetapi tatapannya tetap mengarah ke nisan Bum. "If I'm not joining the army, will it be different? People gonna call me Alyssa rather than Clo. I'm a machine killer, that always starve for blood and death." Kali ini Clo menangis tanpa perlu mengeluarkan suara isak tangisnya, tapi cukup membuat tubuhnya bergetar. Luke menarik Clo ke dalam pelukannya, dia mungkin kehilangan ayahnya, tapi Clo pasti lebih merasa bersalah atas yang menimpa keluarganya.
"Meghan's death was because of me, Samantha must paid the price caused my stupidity, Idris gone cause I can't be a good leader for him. Bum left me just because I can't protect him. I was looking for Samantha and in seconds he was gone. I'm a bad partner. And now your dad left your mom and you. Again, and again it's because of my lust for revenge. That it ended into disaster." Clo terus berbicara, menyalahkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...