Dua tahun berlalu, Alyssa masih sama seperti pertama kali masuk ke markas militer. Terlalu serius mengerjakan semua tugas dan pelatihan. Hanya Meghan dan Luke yang selalu diajak berbicara, teman lainnya cuma dianggap selingan. Semua surat, email, dan telepon dari Bum pun sering Alyssa hindari, meski mereka sempat berlibur singkat bersama Meghan dan Luke. Saat ini pikirannya hanya satu, bisa mencapai posisi First Sergeant di kemudian hari.
Walaupun dua tahun berlalu, sistem pelatihan Bum kepada Alyssa menjadi acuannya dalam berlatih. Ia tetap bangun jam setengah empat pagi dan berolahraga sampai jam tujuh pagi. Rutinitas pelatihan yang diberikan Bum, berefek besar kepada Alyssa. Berdua dengan Luke, mereka dijuluki The Eagle Eyes, karena hanya mereka perwira bawah yang berhasil melumpuhkan banyak musuh di medan perang.
Sampai satu tahun kemudian, ketika ada penugasan di Irak, lagi dan lagi takdir mempertemukan Alyssa dan Bum yang sudah meraih posisi incaran Alyssa sebagai First Sergeant.
"In column fall in! At Ease! At close interval, dress left, dress! At close interval, dress right, dress! Eyes right!" Perintah atasan Alyssa dan peletonnya untuk memberikan hormat kepada First Sergeant.
"Take a charge of platoon!" Bum mengambil alih peleton di depannya. "Selamat sore, lima hari dari sekarang, kita memiliki misi di Irak dan saya membutuhkan 20 orang tambahan untuk bergabung di batalion saya." Bum mulai memanggil satu persatu nama yang terpilih. Meghan dipilih menjadi sharpshooter, Alyssa sudah menunjukkan wajah 'wow' kepada Meghan, meski tetap dalam posisi beristirahat di barisan.
"And for the sniper team down ground, Luke Campbell and Alyssa Eckhard." Nyaris Bum menyeringai kalau tidak ingat dirinya sedang memimpin di depan barisan. "You both will change as sniper and spotter every 20 minutes." Alyssa tersenyum bangga dan itu disadari oleh Bum. Rupanya tidak percuma dua tahun lalu selalu menyiksa seorang Alyssa. Nyatanya sekarang perempuan itu semakin berkembang dan mulai dilirik banyak atasannya untuk ikut ke banyak medan perang.
Malam hari sebelum keberangkatan, Alyssa memilih duduk di luar baraknya. Menghisap sebatang rokok dengan sebotol bir di tangan. Ia tidak bisa tertidur, perasaannya tidak enak menghadapi besok.
"Kenapa kamu pucat? Sakit?" Bum berdiri di depan Alyssa, menyadarkan lamunan perempuan yang sudah dua tahun tidak bisa ia temui.
Alyssa menggelengkan kepala cepat, "saya tidak apa-apa. Sir, boleh saya bertanya sesuatu?" Alyssa bahkan memberikan setengah lapak duduknya, mengizinkan atasannya duduk di sampingnya. "Bagaimana kalau saya mati di Irak?"
"Bukankah itu risiko saat kamu memutuskan bergabung ke angkatan darat?"
"Yeah I know but..." Alyssa melepaskan ikatan di rambutnya, "bisakah Anda berjanji satu hal?" Melihat Bum mengangguk, Alyssa sampaikan perasaannya. "Lindungi Meghan dan Luke untuk saya."
"Kenapa?" Bum bingung dengan permintaan Alyssa, alih-alih menyuruh untuk menjaganya. Perempuan ini lebih memilih memikirkan dua temannya.
"If I lose them, I will lose my family again. I have no one anymore besides Campbell's family." Mendengar nada bicara Alyssa yang belum mulai perang sudah putus asa, Bum jadi tertawa kecil.
"You're all gonna back ass here, you're not gonna lose anyone. It's going hard in there but everything's gonna be fine." Bum memegang tangan Alyssa, menyemangatinya. Dan, setelah dua tahun, baru pertama kalinya Alyssa menggenggam erat tangan Bum.
Selama di Irak semua tampak berjalan sesuai rencana. Berkat mata elang Luke dan Alyssa, semua musuh yang tidak terlihat bisa teratasi dengan baik. Bergantian menjadi spotter dan sniper, Luke dan Alyssa membantu tugas yang lainnya untuk mengalahkan musuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
FanfictionClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...