Another Mission

30 4 0
                                    

Clo belum mau membuka pintu mobil setelah melihat pemandangan di luar kaca mobil. Semenjak Alcatraz ditutup, pemerintah Amerika membangun penjara lainnya di dekat teluk California. Penjara tanpa nama, tanpa diketahui publik, tapi dijadikan tempat mendekam para penjahat kelas kakap.

Luke berinisiatif untuk membuka pintu mobil di sisi Clo, "scare? Nervous to meet your ex?" senyuman jahil terbit di bibir Luke. 

Clo memutar bola matanya malas mendengar sindiran Luke, ia bergerak turun dan melangkah lebih dulu menjauhi sahabatnya. Sudah pasti hari ini ia akan terkena cibiran berulang kali dari Luke.

Luke bersiul ketika mereka mulai berjalan memasuki area sterilisasi, area yang jauh lebih manusiawi karena terletak di lantai kedua dari atas. Lengkap menggunakan pendingin ruangan dan orang-orang yang bekerja untuk pemerintah pusat. Jauh dari kata panas tetapi tidak untuk para tahanan. Area ini menjadi ajang membuka mulut atau disiksa agar pemerintah mendapatkan apa yang mereka mau.

"Lihat Clo, semua orang memandangmu segan. Mungkin kamu masih bisa kembali ke satuan?"

Clo meringis mendengar ide Luke, "not even close. Mereka memandangku begitu karena takut terhadap mantan sersan yang baru selesai diadili, lalu harus kembali berurusan dengan sekelompok mafia gila."

"Tapi kamu menikmatinya, kan?"

Clo menahan pintu ruangan yang baru saja ia buka hanya untuk menyerang godaan Luke. "Humm, sepertinya ada yang haus perhatian. Sudah lama tidak bermain di ranjang, Luke Jonathan Campbell? Ahh the last you did was with me, oops my bad." Menghindari serangan dari Luke, perempuan hamil itu buru-buru masuk.

"Wrong move, Mrs. Kim or should I call you Mrs. Lee?" Luke mengejar Clo masuk ke dalam ruangan.

"Mrs. Lee? You got married and pregnant with some other Korean guy, again?" Andrea–salah satu orang kepercayaan FBI dalam menangani kasus tindakan kriminal tingkat Internasional–ikut menyahut sindiran Luke pada Clo.

Clo menghempaskan tubuhnya ke sofa, ini bukan kali pertamanya ia bekerja bersama Andrea. Seharusnya ia sudah paham kalau perempuan ini tidak jauh berbeda dengan Luke yang selalu mengkritik pilihan hidupnya. "Don't listen to him."

Andrea sedang tidak ingin berbasa-basi antar teman lama karena ia langsung menumpuk tumpukan berkas-berkas di atas meja, agar Clo dan Luke segera melihat untuk mempelajari kasus. "Mungkin menikah tidak, tapi kenyataan bahwa ayah dari anak di perutmu berada di sel tahanan bawah tanah adalah fakta." Andrea melempar satu berkas tebal ke arah Clo. "Ck, 300 halaman hanya memuat tentangmu dan laki-laki itu. Tidak perlu berbohong kalau tidak ada rasa, Clo. Adegan kalian bermesraan dalam setiap jepretan foto sudah membuktikan, anak itu murni hasil percintaan kalian." Andrea membuka pintu ruangannya selebar mungkin, "kami membutuhkanmu agar para bedebah itu berbicara."

Hari pertama, pihaknya mengalami kegagalan. Enam orang itu membungkam mulutnya rapat-rapat. Clo hanya mengamati melalui ruangan pengamatan. Andrea dan kelompoknya menunggu Clo agar memberikan petunjuk pada mereka agar memudahkan misi meringkus The Trader secara legal berjalan cepat.

"Easy, manusia-manusia itu suka pada kekerasan. Jangan menggunakan senjata api karena itu terlalu mudah. Siksa mereka satu persatu, hari demi hari." Clo merogoh lolipop dari saku blazernya, "termasuk perempuan yang kalian tangkap. Tunggu waktunya sampai perempuan itu menjadi kunci kelemahan The Trader," Ia menunjuk Andrea, "jangan lengah, semakin sadis kalian menyiksa semakin baik."

Andrea mengikuti semua saran Clo, sebagai salah satu orang yang pernah terlibat jauh di dalam The Trader. Dari kejauhan Clo dan Luke, bisa melihat bagaimana setiap harinya tujuh orang bergantian disiksa tanpa mengenal waktu. Tidak cukup di dalam ruangan, lahan kosong di area penjara menjadi saksi bisu erangan kesakitan terus menggema dari waktu ke waktu.

Blood Shot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang