Clo melepas helm pelindungnya, darah mengucur dari bahu dan perutnya. Ia terduduk di dalam parit, mengerjapkan matanya berkali-kali. Mulutnya mengeluarkan erangan kesakitan.
Ia menengadahkan kepalanya ke salah satu tower. Dilihatnya Junho mencoba turun untuk menyelamatkan, tapi Clo menggeleng. Serangan musuh masih bertubi-tubi di seberang sana.
Setelah lolos berkali-kali dari peluru musuh di Iran, Irak, Taiwan, Kuba, dan Vietnam. Hari ini di Afghanistan, mata Clo teralihkan melihat tiga orang di regunya terhimpit tak ada celah untuk mengelak dari serangan musuh dekat parit persembunyian mereka. Clo berlari dan loncat untuk menyelamatkan, sayang peluru dari musuh mengenai bahu dan perutnya.
Brent menarik salah satu tentara medis ke arah parit. Dibukanya seragam Clo, memperlihatkan luka cukup parah di bagian perut Clo.
"Lieutenant, we need to back off. Your condition..."
"How many left our grenade?" potong Clo cepat, ia tidak sedang ingin dikasihani karena perang masih berlangsung.
"I got three." Brent mengeluarkan granat dari mini sling belt-nya.
"You!" Clo menunjuk tentara medis yang dibawa Brent, "tight this wound with bandage, now!!!" Clo sedang tidak ingin semua merasa harus melindungi dirinya. Ada 200 orang yang harus ia selamatkan.
Junho sudah mulai tidak konsentrasi membidik sniper-nya ke musuh. Matanya terus melihat ke arah parit.
"Don't bother!!" Luke menahan Junho, "focus on the enemy, this is not her first time."
"But..."
"She's not gonna die, trust me," Luke memaksa Junho kembali fokus pada musuh di depan mata, alih-alih sibuk memperhatikan Clo.
Dengan peluru masih bersarang di bahu dan perutnya. Clo memfokuskan kembali kesadarannya. Ia mengambil Barret M95-nya dan berbicara melalui walkie talkie internal. "I need you all to cover me and Brent. Ground team focus on..." Clo menahan rasa sakit dari peluru yang masih terpendam di tubuhnya, "26 people in 30 meters from us, ditch team, and cover ground team from 30 to 100 meters." Clo mengambil napas banyak-banyak, "tower team in 100-200 meters enemy has rudal, they're more powerful. Please be careful. Me and Brent are gonna blow up their ditch with a grenade. Let's end this war and go home."
Clo memberikan kode kepada Brent, ia bersiap dengan Barret M95 dan dua granat.
"Sya." Junho berbicara di walkie talkie,"setelah ini, istirahat tiga hari sebelum kembali ke Korea. Aku tidak terima penolakanmu." Clo tersenyum, ia senang ada yang memperhatikannya. "Please don't die, we need you, I need you."
"Love you, Babe." Clo memutus percakapan mereka dan bergerak bersama Brent naik ke atas permukaan tanpa penyamaran. Sengaja, agar musuh fokus pada mereka.
Clo dan Brent memuntahkan banyak peluru ke arah musuh. Semua tim juga menyerang, membantu melancarkan rencana serangan Clo.
Clo dan Brent menarik kait pengaman di granat dengan gigi mereka. Dilemparnya lima granat sekaligus ke arah parit musuh, dan dilepasnya lagi lima peluru, sebelum mata Clo melihat rudal yang akan menyerang ke arah parit mereka.
"GET DOWN AND COVER YOU UP!!!" Clo berteriak ke arah regunya yang berada di parit dan maju lebih jauh dari Brent, memasang badan untuk melindungi regunya.
"ALYSSA!!!" Luke dan Junho berteriak bersamaan saat badan Clo terlempar 30 meter dari posisinya berdiri untuk menyerang.
Tubuhnya ditarik masuk ke parit untuk perlindungan sementara, entah berapa banyak darah segar keluar dari tubuhnya. Semua, menyelesaikan tugasnya menghabiskan sisa musuh tanpa pandang bulu. Pikiran semua orang hanya satu, menyelamatkan perempuan yang sedang sekarat di dalam parit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
Fiksi PenggemarClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...