Last Mission

120 6 0
                                    

Bum tertawa melihat istrinya begitu galak melatih baris berbaris dan pengecekan senjata di lapangan army quarter Pennsylvania. Tidak ada yang meragukan Clo ketika ia memimpin, tubuh 160 cm tidak menjadi penghalang baginya untuk bersikap sangat tegas, suaranya terlalu lantang untuk diinterupsi.

"Half left face, half right face! Dress right dress! Count off!" Sudah setengah berteriak Clo memerintah regunya. "Order arms! Inspection arm!" Clo berputar mengelilingi 30 orang yang sedang mengecek senjata. Bum berjalan mendekati barisan dua peleton yang akan dibawa besok untuk misi rahasia dari atasannya.

"Left shoulder arms! Platoon at ease!" Clo langsung mengistirahatkan regunya ketika Bum mendekat.

"Platoon! Hari ini silakan untuk bersenang-senang dengan hidup kalian, pasangan atau hubungi keluarga kalian. Saya tidak peduli apa yang ingin kalian lakukan hari ini tapi mulai besok, saya ingin kalian semua mengerahkan semua atensi kalian pada tugas di Iran." Bum dengan wibawa tingkat tingginya memberikan perintah.

"Sir, yes Sir!" Semua kompak menjawab.

"Dan selesaikan misi ini secepat mungkin karena saya ingin membawa istri saya berkencan sepulangnya kita semua dari Iran, dismissed!" Pantas meskipun disegani, Bum menjadi kesayangan semua orang. Selalu bisa selingi candaan dalam keadaan apa pun. Berbeda dengan Clo yang selalu serius di setiap pekerjaannya.

Clo melihat Bum dengan senyuman kesal, "kencan, huh? Perlu kamu katakan seperti itu di depan semua orang?"

"Chill Clo, jangan terlalu menanggapi segala hal terlalu serius, Sayang." Bum merangkul Clo lalu mencium kening istrinya. Tuan Campbell melihat pengantin baru yang sedang mengumbar kemesraan jadi ikut tersenyum kecil. Berutang budi kepada keduanya yang sudah menyelamatkan salah satu anaknya saat penugasaan mereka di Irak.

"Sir!" Clo dan Bum memberikan hormat kepada atasan paruh baya mereka yang tetap terlihat sehat bugar meski sudah menyentuh usia 65 tahun.

"Apa aku mengganggu sesuatu kalau menyuruh kalian berdua ikut rapat?"

"No, Sir!" Clo dan Bum menjawab bersamaan. Tuan Campbell mengajak dua orang ini ikut bergabung bersama anggota lainnya. Rapat kali ini membicarakan misi penghentian jual beli perdagangan senjata ilegal dari Korea ke Iran. Misi yang terlalu rahasia bagi Clo, ia bahkan sampai merengut bingung mengapa jalur penyergapan dan penurunan peletonnya terkesan dibuat-buat. Ia sudah melirik ke Bum yang di balas dengan tatapan yang sama. Jalur hutan yang sama sekali tidak pernah ia bayangkan untuk dikunjungi.

Clo hanya bisa mendapatkan sedikit informasi kalau pengirim senjata dari Korea ini merupakan salah satu kelompok mafia besar yang sudah biasa melakukan jual beli barang-barang ilegal di dunia. Tidak ada yang tahu itu siapa, seperti apa wujudnya, dan bagaimana bentuk sistem organisasinya. Intinya jaringan kelompok ini tertutup.

Tuan Campbell tidak akan menyuruh dua anak kesayangan yang selalu berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, kalau bukan karena tugas dari komandan atasan mereka yang terkenal bengis dan korup. Ia paham tatapan Clo dan Bum, wajah risih karena rencana tidak beraturan di hadapan mereka.

Mengurangi ketegangan setelah rapat terakhir sebelum keberangkatan, Tuan Campbell menepuk bahu Clo dan Bum secara bersamaan, "selesaikan misi ini dan pergilah bulan madu kedua sampai akhir tahun." Tak lupa ia berikan satu kotak kecil berisi cerutu mahal dari Cuba, "hadiah pernikahan." Ia tersenyum lalu meninggalkan Clo dan Bum berdua di depan kamar mereka.

Clo membuka atasan seragamnya dan bersandar pada dinding. Wajahnya sudah carut marut memikirkan besok.

"Jangan terlalu dipikirkan, Sayang." Bum memotong ujung cerutu dengan guillotine, memberikannya kepada Clo.

Blood Shot 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang