Junho akhirnya berhasil membawa Clo keluar dari apartmen dengan bersusah payah beradu debat dulu dengan Clo. Ia sampai harus menelpon Luke untuk meyakinkan, Clo akan baik-baik saja selama keluar bersama Junho. Luke tidak lagi menggunakan ancaman sederhana tetapi ia keluarkan kartu mati Clo. Pekerjaannya yang diam-diam dia sembunyikan dari Junho.
"Mwo? Pekerjaan apa? Kau melakukan tindakan kriminal apa Clo?" Junho jadi tidak konsen menyetir setelah mematikan sambungan telepon.
"Astaga, coding data satuan di markas Lee Junho. Membaca data lewat coding, memang menurutmu uangku mengalir dari mana?" Clo melipat kedua tangannya ke dada, kenapa dirinya dituduh melakukan tindakan kriminal?
"Heh? Kau mempunyai kemampuan itu?"
"Sebelum menjadi First Sergeant, aku ditempatkan menjadi Chief Warrant Office. Bekerja langsung di bawah perintah presiden, untuk melacak kegiatan gerak gerik yang mengancam negara."
"Daebak." Junho mengucapkan kekagumannya kepada Clo. Yang dibanggakan tersenyum pongah.
Clo sedikit memajukan badannya, melihat kanan kiri jalan. "Ngomong-ngomong kau akan membawaku kemana? Aku sampai tidak sempat memakai kontak lensku." Baru hari ini ia berani keluar tanpa menutupi kecacatan matanya karena sibuk beradu mulut sebelum berangkat.
"Biarkan, bukankah lebih enak tidak ada yang mengganggu matamu. Lagipula aku membutuhkan matamu Clo." Kebingungan Clo terjawab, ketika mereka sampai di atas atap gedung. Clo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Junho mengulurkan tangannya agar Clo mendekat ke arah senjata yang sudah ia siapkan. Mempercayakan Clo menjadi sniper di tugasnya kali ini. Junho bahkan memberikan earwirelessnya kepada Clo.
"Well, hello boys, long time no see." Clo menyapa setiap manusia The Trader sesaat setelah memasangkan earwireless ke telinganya.
"Hello Miss Clover, how are you? Feelin good?" Nichkhun menyahut sapaan Clo.
"Ya, terakhir bertemu kau nampak pucat atas kematian regumu." Wooyoung langsung menyerocos membuka luka lama Clo.
Clo tertawa sinis, "kalau salah satu di antara kalian ada yang mati, kalian akan paham bagaimana perasaanku. Aku tahu, malam itu kalian juga ingin aku mati. Sayangnya aku di sini berbicara dengan kalian."
Nichkhun tergelak mendengar sindiran Clo. "Mari lihat kemampuanmu malam ini, lima detik untuk dua orang di gedung sebelah. Targetmu yang menggunakan kemeja hitam bergaris merah dan orang yang menggunakan pemantik bergambar kuda." Nichkhun membuat tugas ke Clo menjadi sulit. Butuh mata tajam agar Clo tidak salah sasaran. Manusia di seberang gedung, berjumlah sepuluh orang, semua menggunakan kemeja hitam dan menikmati cerutu.
Clo meneropong, ia gunakan mata kanannya untuk mengamati dan menyeringai puas. Setelah menemui sasarannya, ia lepaskan dua peluru ke masing-masing target dan melepaskan jarinya dari pelatuk senjata.
"No wonder they call you The Eagle Eyes, good job Miss." Nichkhun memuji kemampuan Clo. Namun, Clo tidak merasa tersanjung sama sekali. Ia melepaskan earwireless di telinganya dan mengembalikan kepada Junho.
Junho membereskan selongsong peluru kosong dan senjatanya. "Tidak menyesal keluar hari ini bukan?" Junho melihat ada wajah kesenangan yang terpancar dari Clo.
"Cukup sekali kau mengajakku saat sedang bertugas. Belikan aku makan..." Clo mendadak diam, mengatur napasnya dalam-dalam.
Junho buru-buru meraih lengan Clo, "Clo gwaenchana?" Junho memegang dua tangan Clo dan melihat perempuan ini sedang menahan sakit. "Clo jangan membuatku panik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Shot 21+
Fiksi PenggemarClo perempuan berbola mata langka dengan warna iris matanya, memutuskan untuk keluar dari satuan ARMY Amerika setelah 15 tahun mengabdi. Alasannya karena hatinya mati rasa dengan asas kemanusiaan setelah melihat pasangannya sendiri yang sedang bertu...