UAS

1.3K 225 22
                                    

Sesuai judul, hari ini adalah hari pertama UAS semester ganjil di SMA Jaya Semesta.

.

.

.

.

.

"Karina!!"

Mendengar namanya dipanggil, Karina langsung menoleh dan mendapati Yeji berjalan kearahnya.

"Bukannya lo diruang tiga? Ruang tiga dibawah kan, ngapain disini?" Tanya Yeji begitu dekat Karina.

Karina mengangguk lalu menunjukkan surat, "Mau ngasih ini ke kelasnya Lia"

"Loh dia kenapa? Sakit?"

"Ngga. Hari ini sidang pertama orang tuanya"

Yeji langsung membuat tanda 'o' dengan mulutnya dan mengangguk paham. Mereka lalu berjalan bersama, ruang ujian Yeji berada disebelah ruang Lia.

.

Dilain tempat, Ningning, Yuna, dan teman teman sekelasnya heboh mengecek siapa pengawas pertama mereka nanti.

"YES!! Bu Ari gaesss!!" Heboh Jake mengecek hapenya yang dibalas teriakan senang teman- temannya.

"Tapi penggantinya Pak Harto, sama aja boong lah!!" Tambah Ningning.

Seketika teman sekelasnya jadi lesu lagi. Bu Ari itu guru yang santai, dia ngga terlalu memperhatikan saat mengawasi. Malah sibuk main hape. Sementara Pak Harto itu 180°nya Bu Ari, kalau kata anak anak mah cctv berjalan. Tau aja apa yang mereka kerjakan.

"Bantuin gue ya nanti" Ningning langsung duduk disamping Yuna.

Sementara Yuna malah mendengus, "Agama kita beda, Ning. Gimana gue bantunya?"

Ningning menepuk jidatnya, kok bisa dia lupa sih.

"Bego banget, untung cantik lo Ning" komentar Jake.

Ningning menatap sengit Jake, "Diam kau kanguru ostrali!!"

.

Ring ring ring

Bel masuk bunyi, siswa kelas Chaeryeong dan Ryujin langsung masuk.

"Udah sana balik ke kelas lo winteo!!" Ryujin mendorong Winter keluar kelasnya.

"Duh ga siap gue jir, gue disini ajalah" tolak Winter.

"Lah ngadi ngadi ini anak. Sana udah"

Akhirnya Winter berjalan setengah lari ke kelasnya. Takut kalau telat.

"Mampus Pak Harto"

Ucapan salah satu temannya membuat Ryujin ketar ketir, dan benar saja Pak Harto masuk ke kelasnya.

"Diatas meja cuma boleh ada kartu peserta, pensil, bolpoin, penghapus, dan lembar ulangan. Yang lain silahkan dimasukkan tas dan dikumpulkan didepan. Akan saya cek" ucap Pak Harto begitu masuk.

Buru-buru Ryujin memasukkan contekannya ke dalam tas. Sementara didepan Chaeryeong masih santai-santai. Saat di cek juga Chaeryeong aman. Ryujin sampai heran, masa temannya itu ngga membuat contekan?

Tapi perkiraannya salah, Chaeryeong menoleh kearahnya dan menunjukkan kartu pesertanya dan sebuah bolpoin. Bolpoin transparan.

"Pinter juga ini anak" batin Ryujin.

.

"Ehm ehm"

"Kenapa itu?"

Giselle langsung menegakkan duduknya saat ditegur pengawasnya.

"Ngga Bu, ini tenggorokan saya kering. Butuh strepsils"- Giselle

Guru itu cuma menggelengkan kepala. Sementara Felix diam-diam mengambil sticky notes yang sudah ia isi beberapa bagian, menempelkannya ke penghapus, lalu menjatuhkannya ke belakang. Giselle yang dibelakang Felix langsung sigap menunduk dan mengambilnya.

"Kenapa lagi Giselle?" Tanya guru itu lagi.

"Ini Bu, penghapusnya jatuh hehe"

"Sudah, fokus kerjakan soalnya"

Giselle mengangguk lalu mulai menulis jawaban yang ada di sticky notes Felix. Ngga lupa, dia menambahkan jawabannya ke kertas itu juga.

Setelah selesai Giselle pura-pura menyisir rambut dan menempelkan kertas disana yang langsung diambil Jihoon dibelakangnya. Dan nanti kebalikannya, setelah ditambah punya Jihoon, dia mengembalikan itu ke Giselle terus ke Felix lagi.

.

.

.

.

.

.

Ditempat lain, Lia duduk didepan ruang sidang. Dia ngga ingin masuk dan melihat sidangnya.

"Lia"

Lia mendongak, mendapati sang ibu didepannya. Sudah cukup lama Lia ngga mengobrol dengan ibunya.

"Kamu marah sama ibu?" Tanya Jihan.

"Ngga kok" singkat Lia.

Jihan berjongkok dan menggenggam tangan anaknya itu, "Maafin ibu ya"

Lia masih diam. Gadis itu lalu menoleh kearah lain, ada ayahnya disana.

"Bap-" "Ayo pulang"

Baru dia mau menyapa, suara lain menginterupsi. Suara yang Lia kenal, eyang/kakeknya. Kok bisa eyangnya disini?

.

.

.

.

.

.

"Wes bapak bilang to? Sejak awal bapak ndak setuju kamu nikah sama Bobby Bobby itu, tapi kamu tetep maksa. Lihat kan akhirnya?"

Lia meremas kain bajunya, sudah satu jam lebih eyangnya mengulangi pembahasan yang sama ke ibunya. Tentang ayahnya.

Oh iya, mereka sekarang dirumah Karina.

"Udah pak, bukan salah Bobby juga mereka pisah" Suhendro mencoba mengakhiri ceramah ayahnya itu.

"Apanya? Kalo dia bisa bikin Jihan bahagia, ngga akan mereka pisah. Iya kan?" Eyang Lia mulai lagi, "Coba dulu kamu mau nikah sama anak temen bapak, terjamin hidupmu. Mewah, jadi istri pejabat. Lah si Bobby? Cuma nyanyi ngga jelas. Apa gunanya?!"

Agak ragu Lia melirik ibunya. Mengharapkan ibunya itu mau sedikit aja membela ayahnya. Seperti dulu-dulu. Tapi ibunya malah diam.

"Udah pak udah"- Suhendro

"Kamu juga kenapa malah bela si berandalan itu?"

Lia berdiri, "Itu ayah Lia eyang, bukan berandalan!!"

"Nah liat ini, anakmu persis ayahnya. Ngga sopan"

"Hahh" Lia menghela napas, "Iya emang Lia sama kaya bapak, bukan tukang selingkuh" kesal gadis itu.

"LIA!!" Teriak Jihan.

"APA?! BENER KAN?!" Balas Lia.

Ajun dan Karina membatu di pintu, mereka baru pulang dan malah dapat suguhan drama keluarga.

"Keluar lagi aja ngga sih? Gue males diceramahi eyang juga nanti" Bisik Ajun.

Karina mengangguk. Mereka berdua mundur pelan-pelan.

"Tunggu, gue ikut"

Si kembar diam lagi, Lia tau kalau ada mereka ternyata.









Ya Allah apa banget ini😭😭 maaf kawan kawan hehe.

Momogi Squad [AESZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang