Kabur

1K 175 26
                                    

Haiii. Karena tanggal 22 kemarin aku ulang tahun, jadi hari ini aku boom update semua ceritaku. Happy reading~~




Yuna memasukkan hapenya kedalam tas setelah selesai mengecek jam. Dia sama sekali ngga on wa dan sebagainya sejak tadi sore. Karena dia ngga mau ada yang tau keberadaannya. Tapi bukan itu masalahnya, bocah SMP yang duduk disebelahnya itu masalah utama sekarang.

"Lo ngapain sih ngikutin gue ha?" Kesal Yuna.

Bocah yang sedang duduk dan memakan roti disampingnya menoleh, "Nama gue Gevan, bukan bocah. Dan gue ga ngikutin elo kok kak. Gue mau ke rumah kakek juga"

"Ya terus ngapain ngintilin gue?"

"Lah ya arahnya kan sama"

Ah iya juga. Kakeknya dan Gevan kan sama ya. Dan sebenarnya Yuna juga ngga tega meninggalkan Gevan. Walau baru ketemu dua kali dan ngobrol hari ini, Gevan kan tetap adiknya. Dan bocah itu naik travel ke Madiun sendirian. Anak kelas 3 SMP!!

Krukkk

Bukan. Itu bukan suara perut Yuna.

Yuna menoleh, "Laper?"

"Hehe iya"

"Yaudah ayo cari makan"

Mereka berdua akhirnya mencari warung terdekat yang masih buka. Setelah ketemu mereka langsung memesan dan makan.

"Habis ini kita langsung kerumah kakek aja."

"Oke" Gevan menurut.

.

.

.

.

.

.

Ting Ting Ting Ting

"Aish ganggu aja!!"

Dengan cepat Giselle mengambil hapenya dan menggantinya ke mode diam. Dia sedang ngga ingin diganggu karena memikirkan Yuna yang kabur. Tanpa perlu mengecek dia tau siapa yang chat dia, kalau bukan Han ya pasti Shon. Setelah Giselle 'putus' dengan Felix kedua orang itu terang terangan deketin dia.

"Gi, ada temen kamu dibawah" ucap Krystal dari depan kamar Giselle.

Teman? Perasaan ngga ada yang bilang mau datang kesini. Siapa? Ngga ingin semakin penasaran, Giselle langsung turun ke bawah. Dan ternyata yang datang adalah Han. Iya Han.

"Citra!!"

Baru juga Giselle mau kabur ke kamarnya, eh dipanggil sama Han. Jadi mau ngga mau ya Giselle turun dan menemui Han.

"Ada urusan apa malem-malem gini? Eh mau minum apa?" Tanya Giselle.

"Eh gausah. Cuma mau bawain ini." Han menyodorkan sekotak roti bakar ke Giselle, "waktu itu gue liat instastory lo, katanya pengen roti bakar. Udah lama si tapi gue baru bisa beliin sekarang haha."

Giselle hampir melotot ngga percaya, instastory itu sudah hampir sebulan lalu. Dan Han masih ingat? Giselle aja hampir lupa.

"Ngerepotin jadinya. Gue ganti deh"

"Eh ga usah. Duit gue banyak kok" malah sombong si Han.

"Duduk aja sini ngobrol sebentar. Bentar lagi gue balik kok, sadar diri juga gue udah malem ini hehe"

Menurut, akhirnya Giselle duduk. Ngga enak juga kalau menolak kan?

Sebenarnya Giselle tau Han itu serius suka ke dia, ngga seperti Shon yang cuma gombal-gombal buaya karena sebenarnya sudah punya pacar. Tapi gatau kenapa Giselle belum bisa suka ke Han.

"Yuna udah ketemu?"

"Ha? Eh iya belom." Pertanyaan Han membuyarkan lamunan Giselle.

"Haha tegang banget kaya lagi dilamar aja. Belom kok, keluarga gue masih di Malaysia. Kalo Minggu depan bolehlah gue lamar."

"Apasih gak jelas. Nanyain Yuna kan tadi? Belum ketemu, ini juga gue gabisa tidur sih mikirin dia."

Han mengangguk, "Iya sih. Randi juga masih nyari Yuna."

"Hmm"

Mereka berdua diam.

"Gi, lo tau kan gue suka elo?" Tanya Han.

Tentu saja Giselle tau. Sangat tau.

"Gue ga berharap lo bales perasaan gue kok. Gausah terlalu dipikirin."

"Eh?" Bingung Giselle, "Maaf ya Han."

"Gausah minta maaf. Gua bakal terus berusaha kok, supaya paling ngga adalah dikit lo suka gue. Pengen gue geser Felix dari hati lo" jawab Han menggebu-gebu.

Mendengar jawaban Han, Giselle ngga bisa ngga ketawa. Menurutnya lucu. Entah apanya.

.

.

.

.

.

.

Randi membaringkan badan kekasur. Ngga bisa dipungkiri dia lelah setelah seharian kesana kemari mencari adiknya, Yuna.

"Pake kabur segala sih, kemana coba itu anak."

Pemuda 18 tahun itu mengeluarkan hapenya, mencoba mengecek siapa tau adiknya sudah online. Tapi nihil, sama sekali ngga ada notifikasi dari Yuna.

Tapi Randi teringat sesuatu.

"Yuna pernah login email-nya kesini kan ya."

Duduk, Randi langsung membuka email-nya dan melihay email Yuna masih tercantum disana. Tanpa pikir panjang Randi langsung login pakai email Yuna. Dan berhasil.

"Eh? Tiket travel ke Madiun?" Randi mikir. Buat apa  Yuna ke Madiun.

"EH IYA!!"

"MAMA!! AYAH!!"

Buru buru Randi jalak keluar kamarnya, menghampiri kamar Chandra dan Wendy. Ngga peduli teriakannya bisa membangunkan tetangga kanan kiri.

.

.

.

.

.

.

"Gevan, udah ngantuk?"

"Hah? Belom."

"Gue mau tanya sesuatu boleh?"

"Boleh"

Saat ini Gevan dan Yuna duduk di ruang tamu rumah kakek mereka. Iya mereka sudah sampai. Malah tadi sempat dimarahi sang kakek sih karena pakai acara kabur segala. Tapi akhirnya diterima juga, dengan syarat mereka harus mengabari keluarga masing-masing nanti.

"Kok lo tau kalau gue kakak lo?"

Yuna sebenarnya heran sejak tadi, gimana Gevan bisa tau dia kakaknya? Yuna saja baru tau beberapa hari ini.

"Hmm sebenernya mama kakak pernah dateng ke toko roti bunda terus marah marah"

"Hah? Mama?" Yuna agak ngga percaya, soalnya dia ngga pernah lihat Wendy marah ke orang lain. Paling ke dia, abang, atau ayahnya.

"Iya. Katanya bunda ga boleh dateng kerumah. Ga boleh ketemu kakak karena bunda udah buang kakak. Gitu"

Sakit. Hati Yuna benar-benar sakit. Ternyata dia beneran dibuang ya sama keluarga aslinya?

"Terus ngapain kesini?" Tanya Yuna lagi.

"Pengen tau, apa bener kakak dibuang? Terus kenapa?"

Tujuan Gevan ternyata sama dengannya.









Maaf kalau gaje ya wkwk. See you soon~

Momogi Squad [AESZY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang