satu ✓

53.9K 2.6K 18
                                    

Rintik hujan yang menerpa kota sore ini sangat lebat, mereka dengan kompaknya turun membasahi setiap inci kota itu, mewujudkan doa kaum jomblo yang ingin bersantai ria diminggu malam sebelun esok harinya harus kembali berjumpa dengan segala hal berbau sekolah yang pastinya sangat membosankan.

Tidak berbeda jauh, seorang gadis kini tengah duduk di balkon kamarnya untuk sekedar melihat derasnya hujan. Sesekali tangannya terulur untuk bersentuhan langsung dengan air yang menetes dari langit itu.

Seakan asik dengan dunianya, gadis itu tak menyadari kehadiran seorang gadis lain yang kini sudah berkacak pinggang menatapnya kesal.

"Afi!"

Gadis yang dipanggil Afi itu terperanjat saat kursi yang didudukinya tiba-tiba bergerak dan hampir membuatnya jatuh jika saja Ia tak sigap berpegangan pada dinding pembatas balkonnya.

"Apa? Ngagetin tau nggak?" kesalnya setelah menoleh dan mendapati kakaknya berdiri dibelakangnya dengan tangan yang masih bertengger manis di pinggangnya.

Terdengar suara helaan napas, disusul dengan decakan gemas dari mulutnya membuat Afi mengerutkan keningnya bingung. Tak ingin bertanya, Afi justru menunggu saudarinya itu untuk melanjutkan ucapannya.

Lia-kakak Afi-mendesah kesal saat sang adik justru diam saja.

Sangat tidak peka!

"PRmu gimana? Udah selesai apa belum?" tanya Alia mengingat tadi adiknya itu mengeluh padanya, karena pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru bahasa ingrisnya.

Afi menggeleng.

Terdengar lagi decakan kesal dari mulut Lia, "Terus kenapa malah duduk disini? Bukannya ngerjain biar selesai malah cari penyakit. Ini hujan Fi," katanya lagi dengan telunjuknya yang menunjuk ratusan bahkan ribuan butiran air yang masih setia turun.

"Aku juga tahu ini hujan," gumam Afi yang masih bisa terdengar ditelinga Alia, membuat Alia yang tadinya kesal semakin bertambah kesal.

Sangat-sangat tidak peka!

"Ayo masuk!" tangan Alia bergerak meraih tangan Afi lalu membawanya masuk dan menutup pintu balkon itu agar tak banyak angin yang masuk.

"Pelajarannya itu susah kak. Aku pusing sendiri lihatnya, kata-katanya asing semua, aku nggak pernah denger," gerutu Afi saat Alia mulai menata buku tugas yang akan Afi gunakan untuk mengerjakan tugas.

"Ya itu dia! Kelihatan banget kamu nggak pernah dengerin waktu Bu Rohma jelasin materi," sarkas Alia menyindir. Bisa Alia lihat perubahan mimik wajah adiknya, segera ia meraih kamus yang menyempil diantara buku-buku lain milik adiknya itu.

"Nih, coba cari kata yang nggak kamu tau dulu dikamus. Kalau perlu buat catatan kata sulit, biar bisa dihafalin," katanya sembari menunjuk soal dihadapannya.

"Mending kamusnya difotocopy aja nggak sih kak? Karena ini sulit semua," canda Afi menekankan kata 'sulit' membuat Alia melotot tajam, mengisyaratkannya untuk serius dan segera menyelesaikan tugasnya.

Afi pun mulai mecari kata demi kata yang terlihat asing, dibukanya kamus Inggris-Indonesia mikiknya lalu menuliskan beberapa kata yang sekiranya perlu untuk diingat. Alia tersenyum kecil, walaupun sebenarnya Alia yakin, catatan itu pasti akan berpindah tempat ketempat sampah besok pagi.

***

Dia Afi, AFIA REYNA PRAMANA, remaja yang ditakdirkan lahir dengan keistimewaan tersendiri, salah satunya terlahir kembar.

Menurut Afi terlahir kembar adalah sebuah anugerah dari Tuhan, karena ia dan kembarannya bisa bertumbuh dan berkembang bersama, apalagi tak hanya satu, melainkan dua.

AFIA or ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang