"Afi, kamu sakit?"
"Engga kak."
"Masa sih? Kok panas, kamu juga pucet banget loh."
"Engga kak lia, aku gakpapa kok."
"Yakin?"
"Iya."
"Oke berarti lo udah siap."
"H-hah?"
"Siap buat mati!"
JLEB
"Akhh..."
"K-kak, sakit."
"Lena!"
Alena membuka matanya, keringat dingin bercucuran di pelipisnya napasnya memburu, Alena takut bukan main.
"Kenapa?" panik Rafi bertanya.
"Kak?"
"Iya ini aku, kenapa?"
"Kak..." air mata Alena menetes, badannya bergetar hebat, suara-suara yang menggema dalam mimpinya kembali terdengar seketika.
"Eh?! Kenapa?" Rafi mendekati adiknya itu lalu memeluknya, mengusap lembut punggungnya berusaha memberikan ketenangan. "Udah ya, aman," Rafi masih setia mengusap punggung Alena, sebenarnya ia bingung harus bagaimana menenangkan Alena yang tengah ketakutan seperti ini.
Setelah dirasa lebih baik Rafi meregangkan pelukannya lalu menghapus air mata yang masih setia mengalir di pipi Alena, "Kenapa hm?" tanyanya, berusaha selembut mungkin menyuarakan rasa penasarannya.
"Kak tadi, tadi ada ya—"
"Rapi! Lama bang—"
Ketiganya terdiam. Masing-masing dari mereka mencerna apa yang baru saja terjadi, pintu yang dibuka tiba-tiba oleh seorang laki-laki yang sangat mereka kenal.
"Kak Bara?"
"Iya."
Sontak Rafi tersenyum, mengusap surai yang lebih panjang dari miliknya itu lalu berucap, "Lihat kan, Bara udah pulang. Yaudah yuk, turun!" ia beranjak diikuti Alena.
Ketiganya turun lalu duduk di ruang keluarga. Tangan Bara bergerak mengambil remote yang tergeletak di atas meja lalu menyalakan tv dihadapan mereka sehingga layar kotak besar itu menampilkan sebuah tayangan.
"Lena kok udah bangun? Masih pusing gak kepalanya?"
"Di bangunin Rafi mah," sahut asal Bara sebelum Alena menjawab.
"Lo yang nyuruh tong!"
"Lah?! Apaan?!"
"Huss! Berisik!" Alena menengahi mereka yang mengganggunya untuk menjawab pertanyaan Rosa.
Tangan Alena terulur mengambil potongan apel yang sudah disusun rapi oleh Rosa, "Udah nggak pusing kok mah, mamah kapan beli apelnya? Kayaknya tadi nggak ada apel," Alena menggigit buah kesukaannya itu.
"Bara yang bawa, mamah baik ke dapur dulu ya, nanti makanan mamah gosong," setelahnya Rosa meninggalkan mereka.
Alena pun menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa, sekarang ini ia berada di tengah-tengah kakaknya yang tengah asik menonton tayangan televisi. "Tante Dera nggak capek apa ya? Kerja terus," celetuk Alena tiba-tiba menyuarakan pikirannya.
"Tau tuh, kayaknya sih enggak," sahut Bara, turun dari sofa lalu memilih duduk di karpet bawah.
Terdengar kekehan keluar dari bibir Rafi, tapi setelahnya laki-laki itu menghela napas, "Sabar-sabar aja lu Bar."

KAMU SEDANG MEMBACA
AFIA or ALENA
Randomfollow dulu [LENGKAP] AFIA REYNA PRAMANA gadis yang terlahir triplets. Sempat merasakan kasih sayang, kehangatan, dan keperdulian dari keluarganya, hingga saat usiannya menginjak 12 tahun dengan alasan yang belum diketahui, ia dijauhi oleh orang tua...