dua puluh sembilan

8.1K 580 4
                                    


"Mamah tau ini siapa?" Tanya Bara, mati-matian ia berusaha agar suaranya terdengar biasa saja.

"Siapa?"

"Ini mamah kan?" Tanya Bara lagi.

"Mamah? Ya bukan lah."

"Jujur mah... Jangan bohong terus." Bara mendudukkan dirinya di sofa.

"Apa sih Bar? Itu bukan mamah. Kamu sudah darimana itu mamah?"

"Ini mamah!" Bara menunjuk foto itu.

"Mamah yang nabrak mamah Rosa?"

Deg.

"A-apa?" Dera beranjak, menatap anaknya tak percaya.

"Ya bukan lah, buat apa mamah nabrak Rosa?" Tanya Dera lagi.

"Jujur mamah!" Ucap Bara, kali ini dengan nada yang lebih tinggi.

"Apa sih Bar?!" Dera melangkah pergi dengan kesal, bara segera beranjak dan menahan lengannya.

"Mah!"

"Apa?!" Pekik Dera menggebu.

"Mah..." Bara memelankan suaranya.

"Kenapa?! Sesayang itu kamu sama Rosa?!" Nafas Dera memburu, Dera menunjuk dirinya sendiri. "Mamah yang lahirin kamu Bara, mamah yang rawat kamu." Air matanya menetes.

"Tapi kamu gapernah perhatiin mamah, kamu gapernah ada waktu buat mamah..." Tubuh Dera luruh kelantai, Bara membatu ditempatnya mendengar setiap kata yang keluar dari mamahnya.

"Kamu selalu sayang sama Rosa, setalah perduli sama Rosa, sedangkan mamah? Kamu bahkan gapernah nanya tentang perasaan mamah."

"Tanya apa mah? Mamah gapernah ada di rumah." Bara memutuskan untuk keluar, keluar dari tempat yang diketahui bernama rumah, tempat yang seharusnya nyaman, tempat yang seharusnya bisa digunakan untuk bercanda bersama keluarga setelah lelah beraktivitas. Tapi tidak dengan Bara, rumahnya tidak seperti itu, rumahnya sangat jauh berbeda dengan apa yang ia pikirkan.

Rafi, Alena, dan yang lainnya kini berada di rumah sakit, melangkah menuju ruang rawat Rosa. Alena membuka pintunya, dilihatnya Rosa yang sedang makan dengan Harsa yang membawa mangkuk.

"Rame banget, mau ngapain kalian?" Tanya Harsa heran lalu lembu menyuapkan buburnya.

"Hallo mami..." Ryan menghampiri Rosa, menyalimi tangan orang yang ia panggil mami itu lalu mengeluarkan buah dari dalam tasnya.

"Nih, dimakan." Ryan meletakan buah itu ke atas meja.

"Bara kok gaikut?" Tanya Rosa setelah melihat sekeliling dan tidak menemukan Bara.

"Bara tadi pulang mah, katanya ada urusan." Rafi mendekati Rosa lalu mencium tangannya, beralih mendekati Harsa yang kini sudah berdiri, Rafi bertanya "Papah kok disini?" Tanyanya.

"Terus papah kemana?" Tanya Harsa heran.

"Papah gak ke kantor polisi?" Tanya Rafi menjelaskan maksudnya.

"Udah, gausah diperpanjang." Harsa meletakan mangkuk bubur itu lalu berjalan ke sofa. Rafi mengerutkan keningnya bingung lalu memilih mengikuti Harsa duduk.

Sementara itu Alena dan yang lainnya sibuk mengerubungi Rosa, menanyakan berbagai macam hal.

"Bener Tante?" Tristan menatap Rosa tak percaya.

"Iya, emang sukanya gitu." Rosa tersenyum melirik Alena.

"Apasih mah?!" Alena memalingkan wajahnya malu, lalu memilih untuk ikut duduk bersama Rafi. Mendudukkan dirinya Alena tersentak saat Rafi tiba-tiba berdiri.

AFIA or ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang