Bara mendudukkan dirinya, mengusap sendiri lengannya yang terasa dingin Bara menunduk.
Mengatur napasnya sembari memejamkan matanya.
Ceklek
Bara membuka matanya saat mendengar suara pintu terbuka, menolehkan kepalanya menatap kearah pintu bara melihat Ryan dan Grey yang berdiri disana dengan napas yang tersengal.
Bara tetap diam, tak ada niat untuk beranjak menghampiri mereka. Ryan segera masuk dan tanpa aba-aba ia menarik Bara hingga laki-laki itu berdiri.
BUGH
Bara tersungkur, mengusap bibirnya yang terasa nyeri setelah bertemu dengan kepalan tangan Ryan. Terlihat sedikit bercak darah yang menempel di tangannya.
"Kemana aja sih Lo?! Puas bikin semua orang panik?!" Bentak Ryan kelewat kesal.
Bara menghela napas lalu bangun, "Sori, gue ngantuk." Jawabnya asal.
PLAKK
"Goblok!" Ceplos Grey setelah menabok lengan bara sehingga menimbulkan suara yang nyaring itu.
"Ape sih?! Kok kalian kdrt gini?!" Bara menyorot mereka tajam.
"Darimana aj-"
"Ngomong diluar nyokap gue tidur." Bara menyeret mereka keluar dari ruangan itu, setelah sampai diluar Ryan dan Grey melanjutkan pertanyaannya.
"Darimana aja Lo?!" Tanya Ryan masih dengan nada ngegasnya.
"Rafi kemana? Gak ikut nyariin gue? Tadi gue liat di kamar mamah gak ada." Tanya Bara setelah menjawab pertanyaan yang diajukan mereka.
"Oh iya!"
PLAKK
"Lo sih! Lupa kan ngabarin Rafi." Grey segera mengeluarkan handphonnya, mencari nama Rafi lalu menempelkan handphone nya itu ketelinganya.
"Emang Rafi kemana?" Tanya Bara tak paham.
"Pergi cari Alena." Jawab Ryan.
"Lena? kemana dia?"
"Gatau deh, katanya pergi karena liat Tante Rosa berantem sama... siap Bu namanya?" Rayan yang tidak ingat menyenggol lengan Grey.
"Tante Fina, nyokapnya Alfin." Jawab grey acuh lalu kembali fokus dengan handphonnya karena teleponnya tak kunjung tersambung.
Deg.
'Tante Fina? Nyokapnya Alfin? Jangan-jangan Lena tau?!' batinnya menerka, setelahnya ia berlari menjauhi mereka menuju kamar Rosa. Grey dan Ryan saling pandang dengan tatapan bingung mereka, lalu memilih menyusul Bara.
Bara menghentikan langkahnya saat sampai di depan pintu ruangan Rosa, dilihatnya disana Alena berdiri dengan punggungnya yang bergetar hebat. Sesekali punggung kecil itu tampak bergerak naik seperti sedang menarik napas.
"Jadi bener? Aku bukan anak kalian?!"
"Kita punya alasan Len." Bara melihat Rafi yang melangkah mendekati Alena, namun Alena segera menepis tangan Rafi yang hendak meraihnya.
"Alasan apapun itu harusnya kasih tau aku kak?! Aku berhak tau kan?"
"Jangan gini lah, kenapa sih? Dengerin dulu."
"Aku mau pulang."Tukasnya lalu ia berbalik. Pandangannya mereka bertemu, semuanya dibuat terkejut dengan keberadaan Bara serta Grey dan Ryan dibelakangnya.
Alena hanya menatap Bara sekilas lalu ia melanjutkan langkahnya, dengan napasnya yang masih memburu Alena menghapus kasar air matanya.
Bara yang melihat Rafi hendak keluar menyusul Alena segera menahannya, "Gue aja." Ucapnya lalu melangkah menyusul Alena setelah mendapat anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIA or ALENA
Casualefollow dulu [LENGKAP] AFIA REYNA PRAMANA gadis yang terlahir triplets. Sempat merasakan kasih sayang, kehangatan, dan keperdulian dari keluarganya, hingga saat usiannya menginjak 12 tahun dengan alasan yang belum diketahui, ia dijauhi oleh orang tua...