sepuluh ✓

20.6K 1.4K 10
                                    

Suara monitor menggema di seluruh penjuru ruangan, suara yang sangat menyayat, suara yang secara sadar maupun tidak berhubungan langsung dengan nyawa seseorang.

"Kamu jelasin dulu," suara seorang pria dengan tangannya yang menarik laki-laki lain yang jauh lebih muda darinya.

Tangan seorang wanita yang berada di sana pun bergerak mengelus punggung anaknya sayang, meyakinkan anaknya untuk mengatakan yang sebenarnya.

Tadi, kurang lebih empat jam lalu, Rosa dan Harsa-suaminya-dikejutkan dengan panggilan telepon dari anaknya yang mengatakan bahwa anaknya itu sedang berada di rumah sakit. Mereka semakin terkejut kala melihat langsung keadaan anaknya, kemeja sekolahnya yang sudah dipenuhi bercak merah, dan jangan lupakan keadaannya yang sangat kacau.

Sang anak mengatur napasnya, terdiam sebentar untuk berpikir, "Oke Rafi jelasin, jadi tadi...

Flashback on

"Maafin aku Len aku nggak bisa jagain kamu," Rafi dengan segala penyesalannya memutuskan datang kesini, tempat dimana adiknya tidur.

"Bahkan mungkin, aku yang jadi penyebab kamu pergi," tangannya bergerak cepat menyeka air matanya lalu mengusap pelan nisan yang bertuliskan 'ALENA ERSYA HARSANA'

"TOLONG!!"

Rafi terhenyak mendengar teriakan itu, matanya bergerak menelisik lingkungan gelap itu. Entah dorongan dari mana yang membuatnya buru buru, karena sepersekian detik setelah melihat sekeliling Ia beranjak mencari sumber suara.

Sesampainya di luar, matanya menangkap dua orang yang terlihat seperti preman dengan senjata di tangannya sedang mengganggu seorang gadis.

"Anjing! Bawa pisau gitu lagi, gimana gue mau nolongin dia?" rutuknya pada dirinya sendiri.

"TOLONG!!"

Rafi semakin panik kala pekikan itu kembali terdengar, matanya bergerak gelisah, menelisik ke bawah untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa Ia gunakan.

Rafi membatu, pikirannya seketika memutar kembali memori lama yang pernah Ia alami, kakinya mendadak kaku untuk sekedar melangkah.

"SIAPAPUN TOLONG!!"

Rafi seketika tersadar, matanya berkedip beberapa kali sebelum dengan segera Ia mengeluarkan handphonenya. Mengutak-atiknya hingga terdengar suara yang sangat tidak asing.

Sirine polisi.

Rafi menaikkan volume handphonenya kala merasa tidak ada respon dari sana.

Sedangkan mereka yang menjadi sasaran mulai terlihat panik, terlihat semakin brutal menarik sesuatu dari tangan gadis itu. Merasa tidak segera mendapat apa yang diinginkan membuat keduanya terpaksa mendorong tubuh gadis itu, dan...

Brukk

Dugh!

"Akhh.."

Rafi membelalakkan matanya, sial! Bukan begini rencananya. Melihat gadis itu terjatuh, mendengar rintihan yang keluar dari sana membuat Rafi semakin panik. Dalam hatinya mengumpat, memekik ingin mengusir kedua preman yang kini bergerak gelisah, namun apa daya, nyalinya tidak sebesar itu.

"Tolong..."

"Lari cepet!" Kedua preman itu terbirit-birit melarikan diri, meninggalkan handphone yang tadi menjadi bahan rebutan mereka.

Rafi yang melihat preman itu pergi mulai berjalan mendekat dengan hati-hati, "Lo nggak papa?" tanyanya.

"Tolong sakit..."

AFIA or ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang