Alena menerjapkan matanya, meregangkan tubuhnya lalu bangun. Mengedarkan pandangannya Alena melihat Rafi yang tidur dengan kaki naik keatas. Entahlah lelaki satu ini sangat senang tidur dengan gaya kakinya yang selalu berbeda.
"Kak..." Alena mengguncang lengan Rafi. Rafi terbangun dari tidurnya, membenarkan posisi kakinya yang berada diatas lalu duduk.
"Kenapa?" Tanyanya sembari mengucek matanya.
"Enggak." Alena menyenderkan kepalanya ke pundak Rafi.
"Mandi sana." Harsa yang baru datang memberikan handuk untuk mereka.
"Lena dulu." Rafi kembali merebahkan tubuhnya hingga Alena terbangun karena terkejut.
"Nih, mandi." Harsa menyodorkan handuk itu pada Alena, menerimanya lalu beranjak ke kamar mandi.
"Bara ga kesini pah?" Tanya Rafi setelah memastikan Alena masuk ke kamar mandi.
"Belum tuh."
Semalam setelah penangkapan Dera, Bara berpamitan untuk pergi keluar. Katanya mau menenangkan diri, tapi setelahnya Bara menelpon Rafi dan bilang jika akan tidur dirumah saja. Rafi hanya mengiyakan tanpa mau bertanya banyak, Rafi tau dan mengerti perasaan Bara.
"Coba ditelepon, siapa tau belum bangun." Saran Rosa yang dari tadi mendengarkan percakapan mereka.
Rafi mengangguk, mengulurkan tangannya untuk mengambil handphonenya di atas meja. Mengetik nama Bara, Rafi memencet gambar telepon.
. . . nomor yang anda tuju
"Ga aktif pah." Rafi meletakan handphonenya.
"Yaudah, mungkin lagi mandi."
"Rafi takut pah, kalo Bara nekat kayak dul—"
"PAPAH BAJUNYA MANA?!"
Rafid am Harsa saling bertatapan kemudian keduanya tertawa.
"Ditolongin itu adeknya, malah diketawain."
"PAPAH!?"
"Tuh pah..." Rafi menyenggol lengan papahnya.
"Iya sebentar." Sahut Harsa sedikit berteriak, beranjak mencari baju Alena lalu memberikannya.
"Nih." Tangannya terulur kedalam, Alena segera menerimanya lalu menutup pintunya.
"Bangun sana!" Harsa menendang kaki Rafi.
"Ck! Apasih pah."
Pintu terbuka, Alena sudah siap dengan seragamnya. Diteruskan dengan Rafi yang kini sudah membawa seragamnya lalu masuk ke kamar mandi.
"Kak Bara ga kesini pah?" Tanya Alena sembari menyisir rambutnya.
"Belum, tadi di telepon gabisa."
"Kemana sih? Dari kemarin ga ada kabar." Alena mengakhiri urusan rambutnya lalu beranjak. "Nanti papah anter?" Tanyanya.
"Naik motor aja." Sahut Rafi yang sudah keluar.
"Emang boleh?" Alena menoleh menatap Harsa. Harsa mengangguk memberi ijin.
"Gapapa, tapi harus hati-hati."
"Serius pah?!" Alena memekik senang, lalu segera menyalimi orangtuanya dan menarik Rafi untuk berangkat.
Harsa dan Rosa hanya bisa kompak menggelengkan kepalanya.
Diperjalanan menuju sekolah, Alena setia menutup matanya untuk menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.
"Seru kan?"
"Seru banget, coba aja papah ijinin dari dulu." Alena mengeratkan pelukannya pada pinggang Rafi lalu menyenderkan kepalanya di punggung kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFIA or ALENA
Randomfollow dulu [LENGKAP] AFIA REYNA PRAMANA gadis yang terlahir triplets. Sempat merasakan kasih sayang, kehangatan, dan keperdulian dari keluarganya, hingga saat usiannya menginjak 12 tahun dengan alasan yang belum diketahui, ia dijauhi oleh orang tua...