Pagi ini cuaca sedikit mendung, sepertinya langit turut merasakan apa yang Afi rasakan.
Setelah kejadian itu, kejadian dimana Alia pingsan setelah mengambil air untuknya dan kakaknya itu minum bersama, ia semakin diasingkan.
Bahkan untuk sekedar ikut bergabung makan di meja makan pun Afi seperti tidak dianggap. Sebenarnya tidak ada yang melarang Afi untuk bergabung di meja makan, Afi hanya tidak ingin melakukannya. Jadilah, semenjak hari itu Ia selalu makan setelah keluarganya selesai makan malam.
Tidak jauh berbeda dengan sarapan, seperti pagi ini, Afi sedang duduk didepan meja kecil di kamarnya. Menyisir rambutnya lalu mengikatnya, sembari menunggu keluarganya selesai sarapan.
Biasanya pagi-pagi begini mereka sudah siap di meja makan, lalu setelah menunggu dan dirasa selesai Afi baru keluar dari kamarnya lalu berangkat ke sekolah.
Tok tok tok
Atensinya beralih menatap pintu putih yang masih tertutup itu, meletakan sisirnya kemudian ia beranjak.
Keningnya berkerut kala mendapati Alia yang berdiri disana. Tampilan mereka tak jauh berbeda, sama-sama sudah lengkap dengan seragam sekolahnya.
"Kenapa?" tanya Afi.
"Malah nanya kenapa, ayo turun! Sarapan," kata Alia membuat kening Afi semakin berkerut. Kenapa kakaknya itu? Bukankah Alia tau Afi enggan bertemu dengan keluarganya? Belum sempat bertanya Alia sudah lebih dulu membuka mulutnya.
"Mamah papah pergi, tadi pagi-pagi banget udah keluar. Jadi ayo sarapan, udah ditunggu kak Alfin juga dibawah," jelasnya membuat Afi membulatkan mulutnya dengan kepala yang mengangguk paham.
"Kak Lia duluan aja, aku ambil tas dulu," setelah mengatakan itu Alia meninggalkan Afi untuk mengambil tasnya. Buru-buru Afi membereskan tasnya, memasukan bukunya sesuai jadwal hari ini. Setelahnya ia turun, matanya mengedar ke seluruh penjuru. Yang benar saja, kemana pagi-pagi begini orang tuanya pergi?
"Duduk Fi! makan dulu," titah Alfin membuatnya melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Mendudukkan tubuhnya disalah satu kursi lalu mengambil selembar roti yang sudah tersedia.
"Mamah papah kemana pagi-pagi?" tanyanya disela kunyahannya. Menatap Alfin dan Alia bergantian, menunggu jawaban kedua kakaknya itu namun yang Afi dengar hanya helaan napas dari mulut Alfin.
"Kenapa kak?" tanyanya lagi.
Lagi, Alfin menghela napasnya "Kayaknya Oma mau kesini deh."
Mendengarnya membuat Afi ikut menghela napas, pundaknya sedikit melorot mendengar perkataan Alfin.
"Nggak usah begitu mukanya, kan ada kita," kata Alia membuat Afi tersenyum masam, lalu mengangguk mengiyakan. Benar, setidaknya ada kakaknya yang akan menemaninya melewati hari-hari kedepan.
"Yaudah yuk, udah jam segini juga nanti telat," Alia beranjak, tangannya terulur meraih sebuah kotak makan lalu membukanya dan mengisinya dengan beberapa lembar roti yang sudah diolesi cokelat.
"Nih dibawa, dimakan juga! Jangan cuman dibawa tapi nggak dimakan," Sindirnya seraya menyodorkan kotak makan itu masa Afi. Afi hanya terkekeh lalu mengambilnya, "Makasih."

KAMU SEDANG MEMBACA
AFIA or ALENA
Randomfollow dulu [LENGKAP] AFIA REYNA PRAMANA gadis yang terlahir triplets. Sempat merasakan kasih sayang, kehangatan, dan keperdulian dari keluarganya, hingga saat usiannya menginjak 12 tahun dengan alasan yang belum diketahui, ia dijauhi oleh orang tua...