empat puluh lima

5.1K 324 15
                                    

Hari ini, disekolah ini.

Alena ingin sekali berteriak memberitahu kalian bahwa hari ini masih sangat pagi untuk pergi ke sekolah! Ingin sekali ia berteriak seperti itu didepan wajah Rafi, namun mau bagaimana lagi.

Pagi-pagi sekali Rafi mengguncang brutal tubuh Alena membuat mood nya bertambah buruk. Bertambah? Memang sebelumnya karena apa?

Semalam setelah sampai dirumah, Alena benar-benar tidak melihat Bara. Dugaannya benar, kakaknya yang satu itu tidak kembali ke rumah. Semalaman juga pikirannya sangat kalut, menceritakan semuanya kepada keluarganya tentang kejadian sore itu dirumah Alfin. Ekspresi mereka tentu saja terkejut, apalagi mamah Rosa. Wanita itu dengan gusar menanyakan keberadaan Bara, malam itu dipenuhi kepanikan yang hampir membuh Rosa.

Kepanikannya seketika berubah menjadi kekesalan, tepat disaat kedua jarum jam menunjuk angka dua belas. Rencananya gagal, rencananya dengan ketiga orang yang sudah Alena anggap kakaknya itu gagal. Bahkan sebelum dimulai, rencana itu sudah gagal.

Lalu saat memasuki kamar mandi, bersiap untuk melaksanakan ritual paginya, Alena menghela napasnya jengah.

Di celananya terdapat noda merah, dan sudah jelas apa yang akan terjadi nanti. Keluar dari sana lalu mengambil pembalut dan segera kembali untuk bersiap.

Sekarang? Gadis itu duduk sendirian dikelas, kelasnya masih sangat sepi. Jam pertama pembelajaran dimulai adalah jam delapan, dan sekarang masih jam enam. Meletakan kepalanya yang terasa sangat berat, lalu menutup matanya yang perih menahan kantuk. Setidaknya dia masih bisa tidur bukan?

Bukan.

Seperti kata papa Zidan di videonya tentang matematika, Alena menjambak rambutnya kesal saat seseorang dengan seenak jidat mengganggunya yang hampir masuk ke alam mimpi dengan menggebrak meja.

"Anjing!"

Seseorang yang tadi menggebrak meja membelalakkan matanya terkejut, pertama kali baginya mendengar seorang Alena Leandra Harsana mengumpat!

"Len," panggilannya tak membuat sang empunya nama menoleh.

"Siapa yang ngajarin kamu ngumpat gitu?" Tanya orang itu membuat Alena benar-benar murka.

"Lo tu-"

Alena menghentikan kalimatnya saat melihat 'orang' yang sudah membuat paginya semakin buruk.

"Ck! Kenapa balik? Kenapa gak pergi aja selama-lamanya?!" Tohok Alena dengan matanya yang melotot membuat Bara terkejut.

"Astaga, hati mungil ku terluka." Bara mengusap dadanya dramatis lalu segara duduk disebelah Alena.

"Kemana aja?!" Tanya Alena, rasa kantuknya mendadak hilang sekarang.

"Siapa?" Tanya Bara cengo.

"Ck! Kak Bara semalem kemana aja?!" Ulangnya masih berteriak kesal.

"Di telepon juga gak diangkat!" Lanjutnya

"Ke gereja, mau langsung ke surga tapi gak boleh."

"Ya jelas lah, dosa kak Bara kan banyak." Sahut Alena masih tak santai.

"Astaga,..." Bara mengusap dadanya bersabar.

Keheningan terjadi sejenak sebelum bara membuka suaranya, "Berangkat sama siapa tadi?" Tanyanya. "Terus kemarin baliknya gimana?" Lanjutnya masih bertanya.

"Sama kak Rafi," jawab Alena kesal, nada bicaranya terdengar ketus.

"Pagi banget dong? Yaudah tidur lagi aja."

"Tadi udah mau tidur malah dibangunin." Cibir Alena.

"Yaudah, tidur lagi sana. Nanti dibangunin pas udah bell."

AFIA or ALENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang