Rakit terus bergerak maju dengan cepat. Bagian depannya sesaat tenggelam di bawah permukaan, menenggelamkan kami ke dalam air es. Tina menjerit tapi dia tertawa saat air mengenainya.
Kami diterpa dari semua sisi. Aku terlempar ke arah Nelson, lalu ke Zed. Aku menyelipkan lenganku melalui siku Nelson, tetapi tidak berani melakukan hal yang sama di sisi lain, Zed terlihat sangat menakutkan. Nelson meremas lenganku dengan semangat.
"Bersenang-senang?" teriaknya, air menetes di wajahnya.
"Dengan cara 'Aku-akan-mati-setiap saat' ya!" Aku berteriak kembali.
Saat itu, hidung rakit terjepit di antara dua batu, tekanan air mendorong kami ke samping.
"Aku akan mendorong kita pergi!" teriak Pak Benedict. "Semua ke kanan."
Dia telah mengajari kami latihan ini di tadi, melibatkan penimbunan ke satu sisi rakit untuk membuatnya terangkat setengah dari sungai. Aku akhirnya terjepit di antara Nelson dan Zed, batang dayung Nelson hampir mengenai dagu ku.
"Kiri!"
Atas perintah itu, kami meluncur ke sisi lain. Rakit mulai meluncur bebas.
"Kembali ke tempatmu!" Ujar Pak Benedict.
Saat aku bergegas untuk mematuhi perintah, Zed tiba-tiba memelukku, menjatuhkanku ke lantai, menghadap ke bawah di air yang menggenang setinggi pergelangan kaki. "Pegang terus atau kamu akan jatuh," teriaknya di telingaku.
Air naik ke hidung ku, aku panik dan berjuang bebas, tepat ketika rakit melompat turun dengan cepat. Menggelepar di lantai, aku terdorong ke samping. Aku tidak memiliki pegangan sehingga aku berpisah dengan perahu dan jatuh ke belakang ke dalam air.
Dingin, air deras, jeritan, peluit. Aku meronta-ronta ke permukaan. Perahu sudah sepuluh meter di belakang saat aku tersapu seperti daun.
'Mengambang'! Perintah itu masuk ke otakku, sebuah suara di kepalaku yang terdengar seperti suara Zed.
Aku tidak punya pilihan selain membiarkan arus membawaku ke mana ia akan pergi, mencoba berbaring sedatar mungkin untuk menghentikan kakiku membentur bebatuan yang terendam.
Sesuatu menggores betis ku, helm yang ku pakai bertabrakan sebentar dengan batu besar. Akhirnya aku dimuntahkan ke dalam pusaran air yang tenang. Aku berpegangan pada tali jaring laba-laba putih yang membeku menyebar di atas beberapa bebatuan.
"Ya Tuhan, Sky! Kau tidak apa apa?" pekik Tina.
Pak Benedict mengarahkan perahu ke sisi ku sehingga Zed dan Nelson bisa mengangkat ku keluar dari sungai. Aku berbaring terengah-engah di bagian bawah perahu.
Zed dengan cepat memeriksa cedera. "Dia baik-baik saja. Sedikit tergores tapi baik-baik saja."
Kami menyelesaikan sisa kursus dalam suasana hati yang tenang, kesenangan telah tersapu ketika aku tercebur ke dalam air. Aku merasa dingin, mati rasa, dan marah.
Jika Zed tidak menerkamku, aku akan baik-baik saja.
Pak Benedict mengarahkan kami ke tempat pendaratan di mana sebuah jip menunggu untuk membawa rakit kembali ke sungai. Aku menolak untuk melihat Zed ketika aku keluar ke rakit
Di tanah kering, Tina memelukku. "Sky, kau benar-benar baik-baik saja?"
Aku memaksakan senyum. "Bagus. Ide brilian siapa ini? Apa ini hari minggu membunuh orang asing?"
"Kupikir kami akan kehilanganmu."
"Kau tahu Tina, Aku tidak cocok untuk hal-hal luar biasa yang kalian lakukan seperti ini"
"Tentu saja. Kau hanya kurang beruntung."
Pak Benedict dan Zed selesai menepikan rakit, lalu menghampiri kami.
"Kau baik-baik saja, Sky?" tanya Pak Benedict.
Aku mengangguk, tidak percaya diri untuk berbicara.
"Apa yang terjadi?" Pertanyaan itu ditujukan kepada Zed.
"Dia memeluk ku membuatku kehilangan pegangan!" Dengan cepat aku memberi tahu apa yang terjadi.
"Aku menyadari apa yang akan terjadi, aku hanya mencoba memperingatinya dan menghentikannya" balas Zed.
Aku merengut. "Karena kau lah hal ini membuatnya terjadi."
"Aku mencoba menghentikannya seharusnya ku biarkan saja." Dia cemberut padaku, matanya dingin seperti sungai.
"Ya, mungkin kau memang harus membiarkannya dan aku tidak akan mati kedinginan di sini!'
"Cukup!" Pak Benedict memisahkan kami. "Sky, masuklah ke dalam jip sebelum kau menjadi lebih dingin. Zed, ikut dengan ku"
Terbungkus handuk, aku melihat ayah dan anak itu melanjutkan pertengkaran sampai Zed pergi, berjalan kaki masuk ke dalam hutan.
Pak Benedict naik ke kursi pengemudi. "Aku minta maaf soal itu, Sky."
"Tidak apa-apa, Pak Benedict. Aku tidak tahu mengapa, tetapi putra Anda tampaknya memiliki masalah dengan ku." Aku melirik Tina untuk mengatakan 'Sudah kubilang'. "Aku tidak butuh permintaan maaf. Mungkin dia bisa menjaga jarak atau semacamnya. Aku tidak suka orang yang marah kepada ku tanpa alasan."
"Dia sedang memikirkan banyak hal saat ini." Mata Pak Benedict yang muram mengikuti putranya. "Aku sudah meminta terlalu banyak padanya. Beri dia kesempatan untuk menyelesaikan masalah ini"
"Lihat apa yang ku maksud?" bisikku pada Tina.
"Ya tentu. Tentang apa itu?"
"Entahlah, aku benar-benar tidak tahu"
"Itu aneh."
Gantungan kaca depan berayun ke sana kemari saat hujan mulai turun dengan kencang, dia membenciku, dia tidak membenciku, dia membenciku ...
"Kau tidak mengganggunya, kan?" Tina bertanya setelah jeda.
"Tidak, tentu saja tidak." Aku tetap diam tentang berapa kali aku memperhatikannya di sekolah. Dia tidak perlu tahu detail obsesi menyedihkan ku dengan pria itu.
"Kau tidak akan menjadi yang pertama. Banyak gadis melemparkan diri ke arahnya, berharap menjadi kekasihnya."
"Kalau begitu mereka benar-benar bodoh."
"Setelah apa yang dia katakan, aku harus setuju dengan mu. Ada banyak kemarahan dalam diri anak itu dan aku tidak ingin kau berada di dekatnya ketika kemarahannya keluar." Kata Tina.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVANT (COMPLETED)
Teen FictionSavant adalah sebuah kaum atau sebutan bagi orang orang yang mempunyai kekuatan. Setiap savant bisa bertelepati satu sama lain dan para savant bisa menggerakkan benda atau di sebut Telekinesis. Setiap savant mempunyai kekuatan spesial sendiri sepe...