Chapture 32

36 12 0
                                    

Ski ku, ku simpan di pundak, kami berjalan dengan susah payah ke antrian lift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ski ku, ku simpan di pundak, kami berjalan dengan susah payah ke antrian lift. Mata Xav melebar saat melihatku sudah ada di depannya untuk membeli tiket. Ia menatap ku dan Tina dengan panik.

"Sky, astaga, tidakkah menurutmu ini terlalu dini untuk berseluncur dari atas?'' Dia bertanya.

"Tidak, aku hanya ingin mengasah kemampuan permainan ski ku." Aku menahan seringaiku.

''Tina, kau harus membujuknya agar tidak berseluncur di atas sana. Dia bisa bunuh diri.''

''Jangan khawatir, Xav. Dia pikir dia memiliki bakat terpendam yang belum ditemukan.''

Dia menutupi tiket dengan tangannya. "Aku tidak akan menjual satu untukmu, Sky."

Aku memutar mataku. ''Demi Tuhan, Xav, aku tidak sepenuhnya bodoh. Aku hanya akan naik untuk berjalanan jalan. Tina yang akan bermain ski.''

Dia tertawa lega. ''Haah... Gratis untuk mu Sky. Tapi untuk memastikan kalau kau memang tidak berseluncur, aku akan menjaga ski mu.''

Tina menunjukkan tiket nya dan kami naik ke kereta gantung. Pemandangan nya begitu spektakuler. Kami menggantung di atas atap rumah keluarga Benedict sebentar lalu melewatinya, melewati pucuk-pucuk pohon cemara dan kami berayun melintasi ngarai.

Di bawah kami, para pemain ski seperti semut berjalan mondar-mandir, membuat seluruh urusan tampak begitu mudah. Sepuluh menit kemudian kami turun di stasiun di atas. Zed sedang sibuk memuat kereta gantung untuk naik turun, hanya ada beberapa turis sepertiku jadi tidak butuh waktu lama.

"Ambil kopi." Tina menyenggol ku menuju stand konsumsi. "Aku akan menemui mu kembali di bagian bawah kereta gantung setengah jam lagi."

"OKE. Selamat bersenang-senang.'' kata ku.

Tina menempatkan kakinya di ski, lalu mendorong dirinya meluncur ke bawah.

''Tolong kopi dicampur susu dan juga donat,'' kata ku pada pria berwajah mengkilap di kios.

''Tidak bermain ski, nona?'' dia bertanya, menyerahkan donat ku dalam tas putih.

''Ini pertamakalinya aku bermain ski. aku seperti sampah.''

Dia tertawa. "Aku juga. Itu sebabnya aku tetap menyajikan kopi."

''Berapa harganya?"

"Karena ini hari pertama mu aku akan menggratiskan nya, untuk merayakan pengalaman pertamamu bermain ski."

''Terima kasih.''

Zed berlari di belakang dan meraih pinggangku, mengangkat ku ke udara, memaksaku untuk mencicit. ''Bagaimana permainan ski nya hmm?"

"Aku payah dalam bermain ski." Jawabku.

''Ya, aku sudah menduganya'' Dia memutar ku. "Aku hanya punya waktu empat menit sampai kereta berikutnya tiba, cukup untuk mencuri sesuap apa pun yang ada di sana." Sambil menunjuk tas putih yang berisi donat.

SAVANT (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang