Chapture 10

70 25 0
                                    

Aku menghabiskan malam di rumah dan sebagian besar malam ku hanya merenungkan peringatan Tina, mengubahnya dalam pikiran ku agar sesuai dengan peran barunya dalam story board khayalanku, kekuatannya kuat dalam hal apapun dan anak itu (Zed) memilik...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menghabiskan malam di rumah dan sebagian besar malam ku hanya merenungkan peringatan Tina, mengubahnya dalam pikiran ku agar sesuai dengan peran barunya dalam story board khayalanku, kekuatannya kuat dalam hal apapun dan anak itu (Zed) memiliki banyak kemarahan dalam dirinya. Saran yang bagus, Obi Tina.

Zed terlalu berat untuk ku tangani. Biarkan Wolfman mengunyah kebenciannya sendiri. Aku meremehkannya, tetapi sebagian dari diri ku secara naluri merasa harus dekat dari emosi kekerasan seperti dia, mengetahui bahwa itu bisa menyakitkan. Aku merasa tidak nyaman karena pernah hidup terlalu dekat dengan seseorang yang sering mengamuk, seseorang dari masa lalu sebelum aku ditemukan.

Aku tahu bahwa kata-kata kasar bisa menjadi sebuah tinju dan memar. Ditambah lagi, aku sangat marah dengan diri ku sendiri. Aku harus menjadi orang yang paling bodoh karena terobsesi mendengar suara Zed saat aku hanyut waktu itu. Aku perlu mendapatkan sebuah rutinitas yang bisa melupakan ku darinya dan meninggalkan seluruh hal tentang Zed dengan baik.

Niat baik ku masih utuh saat aku melintasi tempat parkir sekolah dengan Tina keesokan paginya, sampai aku melihat tatapan yang ku dapatkan dari Zed. Dia berdiri bersama anak laki-laki lain di dekat sepeda motor, tangan terlipat, mengamati kerumunan orang yang memasuki gedung sekolah. Ketika dia melihat ku tiba.

"Abaikan dia," gumam Tina.

Bagaimana aku bisa? Aku ingin pergi dan menamparnya, tapi jujur ​​​​saja, aku bukan tipe orang yang punya nyali untuk membuat keributan seperti itu. Aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan membiarkannya sendiri.

Ayo, lakukan, kemarahan ku memberitahuku.

"Permisi sebentar, Tina."

Sebelum aku menyadarinya, aku telah mengubah arah dan mulai ke arahnya. Msuik Aretha Franklin 'Sisters Are Doin' It for Themselves' meledak di kepalaku, memberiku keberanian yang membabi buta untuk menutup celah. Niat di balik serangan marahku pasti telah menular ke siswa lain karena aku bisa melihat kepala mereka berputar ke arahku.

"Apa masalahmu?" Wah, apakah aku benar-benar mengatakan itu?

"Apa?" Zed merogoh sakunya dan mengeluarkan kacamata lalu memakainya, jadi aku sekarang bisa melihat diriku sendiri di pantulan kacamatanya. Keempat anak laki-laki lainnya menyeringai padaku, seakan menunggu Zed menamparku.

"Aku hampir tenggelam kemarin berkat kamu dan kamu membuatnya terdengar seperti itu salahku."

Dia menatapku diam-diam, taktik mengintimidasi yang hampir berhasil.

"Kau lebih harus disalahkan daripada aku atas apa yang terjadi di rakit dan itu memang bukan salahku" Katanya dengan tenang.

"Aku yang harus disalahkan?" Nada suaranya kagum, tidak percaya bahwa seseorang berani membentaknya seperti ini di depan wajahnya.

"Aku tidak tahu apa-apa tentang arung jeram kau ahlinya, jadilah sosok yang paling salah."

"Siapa cewek yang marah ini, Zed?" tanya salah satu temannya.

Dia mengangkat bahu. "Bukan siapa siapa"

Aku merasakan di pukul bertubi tubi dan itu menyakitkan. 'bukan siapa-siapa'. Setidaknya aku bukan orang yang sombong dan sering mencibir.' Diam, Sky, diam . Aku pasti telah mengembangkan keinginan untuk mati.

Teman-temannya tertawa mendengarnya.

"Zed, dia membuatmu terpaku" kata temannya yang berambut merah disisir ke belakang, menatapku dengan minat baru.

"Ya, dia adalah sesuatu yang lain." Zed mengangkat bahu dan menganggukkan kepalanya ke dalam gedung. "Pergilah, anak kucing."

Mengumpulkan semua kesabaran yang aku bisa, aku mencengkeram buku-buku ke dada dan melangkah masuk ke sekolah, Tina di sisi ku sekarang.

"Apa itu tadi?" dia kagum, menyentuh dahi ku untuk melihat apakah aku sedang demam.

Aku mengembuskan napas yang tidak kusadari yang dari tadi kutahan. "Itu aku saat sedang marah. Apakah aku meyakinkan?"

"Eh ... Kurang lebih."

"Seburuk itu?"

"Tidak, kau hebat!" Dia tidak terdengar sangat yakin. "Zed memang orang seperti itu. Sebaiknya kau pandai bersembunyi saat melihat dia datang, dia tidak akan senang kalau kau memarahinya di depan teman-temannya."

Aku menyembunyikan wajah di tanganku. "Aku melakukannya, kan?"

"Ya, kau melakukannya. Dia tidak terbiasa dengan gadis-gadis yang mengkritiknya, mereka biasanya terlalu kagum. Kau tahu dia kencan terpanas di Wrickenridge, kan?"

"Yeah, aku tidak akan pernah berkencan dengannya walau dia adalah pria terakhir di planet ini."

"Aduh, kau kejam Sky"

"Aduh, kau kejam Sky"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAVANT (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang