Air mata duka Jisoo seperti sudah kering tidak terlihat, tatapannya yang kosong hanya itu yang bisa ia tampakan sekarang.
Sang nenek yang sudah sangat tua, akhirnya menyerah begitu saja. Setelah sempat sadar beberapa saat, wanita tua itu menghembuskan nafas terakhirnya setelah dilarikan ke rumah sakit.
"Jisoo. Bagaimana pun juga kau dan Jennie, kalian saudara sekandung, temui dia jika kau ada waktu sayang. Asal kau tau nak, dia juga sedang mengalami masa-masa sulit. Tolong temani dia sayang, hanya itu yang ingin ku sampaikan padamu"
Pesan terakhir sang nenek masih berputar dalam kepalanya, seperti daftar putar musik yang terus mengulang melodinya.
Jisoo memejamkan matanya sejenak menahan isakan tangis yang hampir kembali pecah. Saat ini ia berada di krematorium untuk menaruh abu di lemari kaca yang telah disediakan. Bersama Jaehyun dan Jaemin yang selalu menemaninya, Jisoo menjadi kuat.
Baru kemarin ia menemani sang nenek yang sedang sakit. Tapi rasanya ini terlalu mendadak, apakah takdir memang seperti ini?
Kendati demikian, umur memang tidak ada yang tau. Sekarang atau nanti, besok atau hari ini. Hanya Tuhan yang mengetahui itu semua.
Namun, Jisoo bersyukur. Ia masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk berbicara sebentar dengan sang nenek.
Gadis itu kembali memaksa seulas senyum, matanya yang sembab dan bengkak sudah kering oleh air mata yang membekas.
Jaehyung menarik Jisoo dalam dekapannya, mencium dalam aroma rambut wanita itu sambil sesekali mengusap lengannya.
"Perlahan semuanya meninggalkanku Jaehyun", lirih Jisoo membuat Jaehyun mengeratkan dekapannya.
"Apa kau juga akan meninggalkanku Jaehyun? Apa kau juga akan meninggalkanku seperti mereka?"
"Sayang, bukankah sudah pernah ku katakan bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu"
Jisoo diam tak bergeming. Setelah selesai semua mereka kembali ke rumah.
Suasana rumah tampak berubah 180°. Dan Jisoo yakin, itu karena sang nenek yang sudah pergi meninggalkannya. Kelembutan dan kehangatan yang diberikan wanita tua tersebut, membuat Jisoo tidak kehilangan kasih sayang seorang ibu.
Tapi sekarang, lagi dan lagi Jisoo harus kembali kehilangan orang tersayangnya. Sosok orang tua yang selalu menyemangati menguatkan dirinya.
"Jaemin, ajak noona mu beristirahat di sofa. Aku ingin membuat makan malam untuk kalian dulu", Jaemin mengangguk setuju. Ia kemudian mengajak Jisoo yang masih dengan tatapan kosongnya berjalan.
"Noona, apa Jennie noona sudah tau?", tanya Jaemin saat dia sudah berhasil duduk dengan nyaman di sofa seberang Jisoo.
Jisoo diam tidak menjawab. Membuat Jaemin sedikit jengkel dan kembali bertanya.
"Noona, apa Jennie noona sudah tau kalau-"
"SUDAH KUKATAKAN PADAMU, JIKA KAU INGIN MENGHUBUNGINYA ATAU BERTEMU DENGANNYA SILAHKAN PERGI JAEMIN", teriak Jisoo sambil berdiri menjulang menghadap Jaemin.
Netranya dikaluti oleh kabut emosi, menggelap karena amarah yang tertahan. Kenapa Jaemin harus mengingatkannya dengan wanita itu? Tidak bisakah Jisoo tidak mendengar apapun tentang Jennie dan keluarganya sekarang?
Jaehyun yang mendengar teriakan Jisoo sontak langsung menghampiri sumber suara tersebut.
"Jisoo, kenapa kau berteriak?", tanya Jaehyun lembut.
Gadis itu tidak menjawab, ia kemudian melenggang pergi sambil menangis menuju kamarnya. Jaemin yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafasnya berat sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa setelah tadi sempat berdiri karena tersulut emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR PROMISE
Fanfiction[M] ⚠️ | Fanfiction • Angst story Janji. Apa yang kalian ketahui tentang Janji? Sebuah ucapan sumpah yang harus ditepati. Itulah definisi janji menurut Kim Jisoo. Wanita tersebut saat ini memiliki mimpi sederhana. Impiannya sekarang ialah, menikah...