"J-jaehyun.. a-aku---"
"Makan dulu." Jaehyun berkata dingin, membuat Jisoo bungkam menundukan kepalanya.
Perlahan laki-laki itu mulai mengambil nampan dengan mangkok di atasnya yang berisi bubur dan segelas air putih.
"Jaehyun, tapi aku tidak berselera makan."
Menarik nafas dalam, Jaehyun mengulurkan tangannya untuk menggenggam kuat jari jemari Jisoo.
"Ini harus Jisoo, kau harus makan agar bayimu tetap kuat. Kau tidak boleh egois dengan mementingkan selera makanmu." Lirih Jaehyun.
Dengan penuh perhatian ia mulai mengambil sesendok bubur tersebut dan menyuapinya kepada Jisoo. Tidak menurut---Jisoo masih menutup mulutnya rapat.
Lelah, Jaehyun pun meletakan mangkok bubur tersebut di atas nakas. Kemudian, menangkup rahang Jisoo dengan kedua tangannya. Ia tataplah netra sendu nan sembab milik wanita tersebut---wanita yang masih memiliki tempat di dalam hatinya.
"Jisoo aku mohon makanlah, setelah itu apapun yang kau inginkan akan ku penuhi." Kata Jaehyun. Jisoo menggeleng kecil sembari memegang ringkih tangan Jaehyun yang ada pada pipinya.
"Kau tidak suka makanannya?" Jisoo mengangguk singkat. Membuat Jaehyun terkekeh gemas sembari mengacak asal pucuk kepala wanita tersebut.
"Nanti aku akan memasak menu favoritmu, tapi sebelum itu makan ini terlebih dahulu Jisoo." Terpaksa Jisoo membuka mulutnya perlahan---memudahkan Jaehyun untuk menyuapinya sesendok bubur.
Wanita itu tidak langsung mengunyah atau menelannya, seolah makanan itu hanya ia tahan pada ujung lidah. Jaehyun yang mengetahui itu lantas menggeleng kecil menatap teduh netra Jisoo.
"Kau bisa, ayo coba telan dulu." Jisoo menggeleng sambil memejamkan matanya dalam---mencoba untuk tetap memasuk paksakan makanan itu ke dalam tenggorokannya.
Namun tetap saja, kala makanan itu sudah sampai di kerongkongan. Perut Jisoo kian membuncah hingga membuat makanan tadi keluar kembali dan mengotori pakaiannya sendiri.
"Jisoo." Jaehyun mendengus lirih. Meletakan nampan mangkok bubur tersebut di atas nakas. Ia kemudian segera memanggil perawat untuk mengurus Jisoo.
Dalam sekejap perawat itu datang, bersamaan dengan itu Jaehyun lebih memilih untuk berada di luar kamar untuk membiarkan sang perawat yang mengurus menggantikan pakaian dan ranjang pesakitan Jisoo yang kotor.
Selang beberapa menit berlalu, perawat tersebut keluar. Setelah mengucapkan terima kasih dengan cepat Jaehyun masuk kembali ke dalam kamar Jisoo.
"J-jaehyun, maafkan aku. Aku sudah berburuk sangka kepadamu." Parau Jisoo, kala Jaehyun sudah mengambil posisi duduk di kursi sebelah ranjangnya.
"Jisoo, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas hubungan kita. Yang berlalu, biarlah berla---"
"Jaehyun!" Jisoo sedikit membentak, dia tidak terima jika Jaehyun mengucapkan kata berlalu. Entahlah, hatinya hanya sedikit sakit dan nyeri setelah mendengar kata tersebut.
"Lebih baik kau fokus pada kesehatanmu Jisoo, itu yang lebih penting dan utama."
Karena emosi yang sudah memuncak, seketika membuat Jisoo sedikit kehilangan akal. Secara mendadak ia mendekati Jaehyun dan menarik kuat kerah pakaian laki-laki itu.
"Jaehyun aku mencintaimu, maafkan aku yang sudah menuduhmu---aku tidak tau kalau Rosé ternyata adikmu, aku mengira dia adalah kekasihmu. Saat itu aku emosi, aku hilang kendali. Tolong maafkan aku." Isaknya sambil menumpukan dahinya pada dada bidang Jaehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR PROMISE
Fanfiction[M] ⚠️ | Fanfiction • Angst story Janji. Apa yang kalian ketahui tentang Janji? Sebuah ucapan sumpah yang harus ditepati. Itulah definisi janji menurut Kim Jisoo. Wanita tersebut saat ini memiliki mimpi sederhana. Impiannya sekarang ialah, menikah...