"Kau kemana saja?" Decak Jennie dengan geram.
Sudah dua puluh kali ia menghubungi sang kekasih. Tapi baru sekarang lelakinya tersebut mengangkat.
"Bisakah kau berhenti menghubungiku seperti ini Jennie?" Katanya.
Jennie terpejam dalam. Sebelum, tak lama ia kembali memekik kencang pada pria dalam sambungan telepon tersebut.
"Kim Hanbin?! Lalu kau mau lepas tanggung jawab seperti itu saja?"
Yang diseberang sana menggeram kecil. Tak lama suaranya yang gemetar mengudara.
"A-aku t-takut dengan ayahmu Jennie."
"Apa kau pikir aku tidak takut? Bahkan rasanya aku ingin menghilang dari bumi sekarang!" Geram Jennie.
"J-jennie, maafkan aku. T-tapi sungguh, aku tidak berani menghadap ayahmu untuk membicarakan hal ini."
"Bahkan aku belum lulus sekolah. Ayahmu pasti akan menghajarku habis-habisan Jennie. Aku tidak mau, aku takut."
Jennie terhenyak. Tubuhnya merosot dalam dinding kamar mandi.
"Hanbin, jika kau takut. Bagaimana nasib anak kita nanti? Aku tidak bisa terus-terusan menyembunyikan hal ini." Jennie berucap parau.
Kepalanya ia sandarkan pada dinding yang dingin. Merasakannya sejuk, ia terpejam mendengarkan suara sang pria dari dalam sambungan telepon.
Hanbin tak menjawab. Namun sambungan itu tak juga putus.
"Aku akan bertanggung jawab dengan caraku. Aku mohon mengertilah Jennie, percaya padaku. Aku tidak akan pergi meninggalkanmu."
Jennie tak menjawab. Langsung memati totalkan ponselnya tersebut.
Sedangkan, Jisoo yang baru saja pulang dari sekolah. Langsung ditatap melotot oleh sang ayah. Heewon mendorong tubuh lelah sang anak untuk masuk ke dalam ruang belajar Jisoo.
"Nilai adikmu menurun drastis Kim Jisoo." Kata Heewon. "Kau kakaknya, apa kau tidak malu memiliki seorang adik yang sangat bodoh bahkan mendapatkan peringkat terendah dalam angkatannya?"
Jisoo meletakkan asal tas sekolahnya di atas meja. Mengambil posisi duduk di atas kursi. Tak lama ia menggeleng untuk menanggapi ucapan sang ayah.
"Papah, akhir-akhir ini Jennie terlihat sangat murung. Mungkin itulah-—-"
Kalimat Jisoo terpotong karena Heewon menarik rahangnya kuat. Sambil membekap mulut sang anak, agar Jisoo tak meringis. Ia membawa gadis tersebut ke ruang tengah mansion.
"Diam." Desis tajam Heewon. Jisoo terpejam sejenak.
Sangat sakit. Tulang rahangnya bak bergeser sedikit setelah sekali hentakan Heewon melepasnya kencang.
"Besok aku akan menemui pengacaraku untuk memberi seluruh aset perusahaanku padamu Jisoo." Teriak Heewon.
Jisoo mengerutkan dahinya bingung. Sedangkan Heewon hanya tersenyum miring. Ia tau Jennie ada di dalam toilet. Menguping pembicaraannya dengan Jisoo kini.
***
"Tuan, aku pikir ini pembagian yang sangat adil." Kata Sangwoo, ayah Taehyung sekaligus asisten kepercayaan Heewon.
Heewon tersenyum tipis. "Untung saja aku memiliki satu putra yang sangat cerdas." Katanya.
"Meski dia masih kecil, aku bisa merasakan ia anak yang pintar dan akan bekerja dengan giat seperti diriku nanti."
Sangwoo hanya tersenyum.
"Jisoo dan Jaemin, mereka kesayanganku." Kata Heewon. "Tapi meski begitu, aku tidak akan melupakan Jennie."

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR PROMISE
Fanfiction[M] ⚠️ | Fanfiction • Angst story Janji. Apa yang kalian ketahui tentang Janji? Sebuah ucapan sumpah yang harus ditepati. Itulah definisi janji menurut Kim Jisoo. Wanita tersebut saat ini memiliki mimpi sederhana. Impiannya sekarang ialah, menikah...