Rinai hujan yang semakin deras perlahan mulai membasahi pakaian gadis yang sedari tadi hanya termenung kosong di halte menunggu bus pulang datang.
Tubuhnya yang gemetar karena hawa dingin yang memaksa masuk menyapu kulitnya, membuat gigi-gigi gadis tersebut tak jarang bergemelutuk—menggigil.
Salah satu tangannya mencengkeram kuat hasil autopsi jasad sang ayah yang baru saja dirinya ambil. Dalam kepalanya mendidih panas api emosi yang siap dikeluarkan.
Sampai tak lama ponselnya berdering, kontak sang nenek memanggilnya terus-menerus. Mengangkatnya tanpa minat, Jisoo meletakan ponselnya di bawah telinga.
"Jisoo, dimana kau sekarang nak?"
Tidak ada balasan, Jisoo hanya tersenyum miris melihat sepatunya yang kian basah, bahkan kini kakinya mulai bisa merasakan genangan air membanjiri sepatunya sendiri.
"Pulanglah, Jaemin mencarimu di rumah."
"Nenek ada di mansion?"
"Tidak, nenek masih di Daegu menunggu kakekmu yang sedang sakit. Setelah kakek sembuh, nenek akan ke sana menemui kalian bertiga. Jaemin tadi menelepon nenek dan mengatakan kalau dirimu tidak ada di rumah."
Tidak menanggapi, Jisoo hanya diam membiarkan sang nenek kembali berbicara.
"Adik-adikmu menunggu dirimu di rumah, mereka membutuhkanmu. Kau harus tetap kuat sayang."
Kembali diam, pikiran Jisoo benar-benar melalang buana kala mengingat kembali hasil laporan CCTV ruangan sang ayah.
Sekejap wajahnya merah padam, mengepalkan kuat jari-jemarinya hingga kertas yang ia genggam remuk tak beraturan. Jisoo mulai bangkit, mematikan sambungan telepon itu dan memasukan ponselnya ke dalam saku celana.
Menghiraukan derasnya rintikan hujan yang menghujami tubuhnya, Jisoo berlari menggunakan kaki kurusnya menuju mansion.
Tidak terlalu dekat, namun juga tidak terlalu jauh. Kendati memikirkan rasa lelah, emosinya lebih dominan. Membuat dirinya tidak merasakan penat atau lelah sekalipun, meski deru jantung nafasnya kian memburu.
Sampai tibalah dia depan gerbang mansion, deretan mobil mewah terparkir rapi bak orang yang sedang menggelar acara pesta besar.
Mengerutkan dahinya tipis, Jisoo mulai berjalan pelan dengan nafasnya yang tersengal-sengal. Bersama pakaiannya yang basah dan lusuh, dia masuk ke dalam mansionnya sendiri menarik perhatian setiap orang yang ada di sana.
Sampai tak lama adik laki-laki kecilnya menghampiri, menarik-narik bajunya yang basah untuk masuk ke dalam kamar.
"Noona, ganti pakaianmu. Jennie noona sedang mengadakan pesta ulang tahun, apa noona lupa?"
"Pesta? Ulang tahun?"
Mengerutkan dahinya samar, Jisoo masih sulit percaya pesta yang tengah terlaksana di depan matanya kini.
Itu benar, ini pesta Jennie. Beberapa teman-teman sekolah, teman-teman di kelas tambahan Jennie, bahkan teman-teman dirinya pun ikut hadir dalam pesta tersebut.
Tapi mengapa ia tidak mengetahui tentang acara ini? Jisoo tidak tau menahu sang adik akan melaksanakan sebuah pesta ulang tahun seperti ini.
Jisoo ingat hari ini adalah hari ulang tahun adiknya Jennie, dia hanya terkejut karena tidak menyangka sang adik akan bersenang-senang menggelar pesta ulang tahun sampai semewah ini.
Dekorasi yang telah tertata rapi bak telah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari itu membuat Jisoo termangu sunggug penuh kejutan.
Terlebih lagi ayahnya baru tiada. Bahkan belum ada sebulan orang tuanya pergi, dan Jennie dengan berani mengundang teman-temannya datang ke rumah untuk berpesta?

KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR PROMISE
Fanfiction[M] ⚠️ | Fanfiction • Angst story Janji. Apa yang kalian ketahui tentang Janji? Sebuah ucapan sumpah yang harus ditepati. Itulah definisi janji menurut Kim Jisoo. Wanita tersebut saat ini memiliki mimpi sederhana. Impiannya sekarang ialah, menikah...