"Berhentilah menangis, aku tidak tahan mendengar tangisanmu", ucap Taehyung.
Tubuhnya sekarang telah rapih terbalut dengan setelan yang dipilih Jisoo. Gadis itu tertunduk, menahan isakannya agar tidak kembali meledak.
Senyap. Detik jam dinding yang menggema mulai menyadarkan Taehyung, ia mengangkat dagu Jisoo dan menatap lekat wajah sembab gadis itu, bibir merah Jisoo sedikit bengkak dan terluka akibat ciuman kasarnya tadi.
Dengan lembut Taehyung mengusap luka tersebut dengan jarinya. "Maaf", ucapnya.
Jisoo memalingkan kepalanya, setetes air mata perlahan kembali turun. Meski sedikit canggung, Taehyung memberanikan diri untuk memeluk tubuh mungil Jisoo.
Mendekapnya memberi kehangatan sekaligus menyalurkan rasa rindu terpendam yang amat dalam, Taehyung mempererat pelukannya. Kecupan kecil dipucuk kepala Jisoo tak lupa juga ia berikan.
"Jangan menangis di depanku, kau tahu itu sangat menyiksaku", gumam Taehyung, tapi Jisoo tidak peduli.
Pelukan Taehyung justru membuat nyeri dalam dadanya semakin jadi, hingga tangisannya semakin pecah begitu saja.
"Keluarkan aku dari sini Taehyung, aku ingin kembali bekerja", ucap Jisoo. Ia berusaha untuk mendorong tubuh Taehyung dengan sisa tenaganya.
"Aku sudah melaksanakan hukumanku untuk mengganti pakaianmu, sekarang keluarkan aku dari sini"
Taehyung terdiam. Lalu tangannya terulur untuk mengusap air mata Jisoo sebelum kembali meraup tubuh gadis itu dalam dekapannya.
"Akan kuturuti, asal biarkan aku menikmati mu seperti ini dulu. Aku merindukanmu Jisoo", jawab Taehyung. Tangannya memegang kepala Jisoo agar dapat bersandar lagi di dadanya.
Jisoo pasrah. Ia tidak bisa melawan, posisinya di sini membuat dirinya tidak berdaya. Ancaman Taehyung untuk memecatnya jika tidak dituruti selalu berbayang di dalam kepala.
Baiklah—Jisoo akan kembali mengalah.
"Apa kau tidak merindukanku?", tanya Taehyung memecah keheningan di antara keduanya.
Jisoo enggan menjawab. Bahkan ia tidak berniat untuk menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak pantas Taehyung tanyakan.
Merindukan? Ah, itu dulu. Saat Jisoo masih bodoh dan menunggunya, tapi sekarang ia memiliki Jaehyun. Sumber kebahagiaan dirinya saat ini.
"Taehyung, kau tahu sebenarnya kau tidak berhak memeluk ku seperti ini lagi. Apa perlu ku katakan kembali bahwa aku sudah bertunangan?", satu ucapan Jisoo bagai paku yang menembus hati Taehyung.
Taehyung mendengendurkan pelukannya, kemudian ia duduk di sofa membiarkan Jisoo yang masih berdiri di tempatnya tadi.
"Dan kau Kim Jisoo, apa perlu ku ucapkan lagi padamu kalo aku tidak peduli karena bagiku kau milik ku, hanya milik ku seorang", ucap Taehyung dengan rahang yang mengetat.
Tak lama ia menggertakan giginya, kemudian menendang kencang kaki meja kecil tak jauh dari sofa tempat dirinya duduk.
Jisoo tercengang, ia dapat melihat netra Taehyung yang mengkilap penuh kobaran api. Benarkah pria itu sungguh menyesal?
Sedetik Jisoo memikirkan pertanyaan itu, kemudian ia mengambil langkah maju dan berdiri menjulang di hadapan Taehyung.
"Itu bagimu, tidak bagiku. Untuk ku semua sudah selesai Taehyung dan sudah tidak ada lagi yang bisa kita bicarakan", ucap Jisoo penuh gemetar kala dirinya menatap netra Taehyung yang menyalang.
"Ada, sekarang harus kita selesaikan. Kita harus berbicara semuanya dari awal sampai sekarang, selanjutnya kita akan membicarakan masa depan kita", ucap Taehyung dengan seringai tipis pada wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR PROMISE
Hayran Kurgu[M] ⚠️ | Fanfiction • Angst story Janji. Apa yang kalian ketahui tentang Janji? Sebuah ucapan sumpah yang harus ditepati. Itulah definisi janji menurut Kim Jisoo. Wanita tersebut saat ini memiliki mimpi sederhana. Impiannya sekarang ialah, menikah...