3. Punishment

2.8K 365 20
                                        

"Serius? Dia melakukan itu?", gumam Lisa tidak percaya.

Rosé menganggukan kepalanya cepat. "Aku juga tidak mengerti, tapi bukankah itu bagus. Dia menjamin kesejahteraan karyawannya sampai hal seperti itu dia pikirkan", balas Rosé.

Lisa mengangguk setuju atas ucapan Rosé. Saat ini mereka bertiga sedang berada di café tak jauh dari kantor.

Menikmati waktu makan siang, dengan mengemil beberapa makanan dan minuman yang disediakan café tersebut.

Tapi dari perbincangan atasan mereka, hanya Jisoo lah yang enggan untuk ikut berbicara.

"Jisoo bagaimana menurutmu?", tanya Lisa menepuk pelan punggung tangan Jisoo.

Tersentak Jisoo menarik kembali kesadaran dari lamunannya. Dengan sedikit gelagap ia mulai memfokuskan dirinya kembali.

"Tentang?", tanya Jisoo membuat Lisa memutar bola matanya malas.

"Hei kau melamun lagi?", cibir Lisa. "Tentang tuan Taehyung yang memberikan bantuan dana untuk karyawan yang akan melangsungkan pernikahan", sambung Lisa kembali.

Jisoo mencoba mencerna ucapan Lisa. Tiba-tiba saja dia merasa tertarik atas bantuan dana tersebut. Namun tidak lama hembusan napas gusarnya keluar kala ia mengingat bahwa yang melakukan itu ialah Taehyung.

Jisoo tidak ingin memiliki hutang apapun dengan Taehyung, bahkan ia enggan untuk kembali berhubungan walau hanya sebatas karyawan dan atasan.

Tapi Jisoo tidak bisa berbuat apa-apa, ada kehidupan yang masih berlangsung. Dan kehidupan itu membutuhkan banyak biaya agar bisa tetap bertahan hidup.

Kehidupan untuk menghidupi dirinya, nenek dan adik laki-lakinya. Jaemin.

"Astaga kau melamun lagi—akhir akhir ini kau lebih sering menghabiskan waktumu hanya dengan melamun Kim Jisoo?!", geram Lisa saat melihat pandangan kosong Jisoo yang menatap sendu kepulan asap pada cangkir kopi miliknya.

"Apa ada yang mengganggu pikiranmu eonni?", sekarang Rosé lah yang mencoba untuk bertanya.

"Tidak ada, hanya saja aku sedang berpikir bantuan dana tersebut cukup membuatku tertarik", jawab Jisoo.

"Maksudmu..tunggu dulu, Kau ingin menikah?!", pekik Lisa dengan tangan yang menutup mulutnya yang terbuka.

Jisoo mengangguk pelan, lalu menatap netra kedua sahabatnya secara bergantian.

"Aku ingin membantu kekasihku, ini terlalu berat untuknya yang hanya bekerja sambilan sebagai pemusik jalanan", ucap Jisoo sendu membuat kedua sahabatnya menatapnya dengan tatapan iba.

Tak lama handphone Rosé berdering, kepala divisinya memanggil untuk melakukan meeting secara mendadak.

Rosé pun turut pergi bersama Lisa. Mereka satu divisi. Dan sekarang kesendirian membuat Jisoo kembali melamun.

Lisa benar, melamun seakan menjadi candu untuk Jisoo menari-narikan pikirannya.

Ia mengeluarkan earphone pada saku mantelnya lalu ia sumbatkan di kedua telinganya.

Tidak peduli dengan apapun yang terjadi di café, tepat saat sebuah lagu mengalunkan melodi di telinganya Jisoo menundukan kepala pada kedua tangannya yang terlipat di atas meja.

Sembari memejamkan matanya, Jisoo menikmati alunan musik tersebut.

Hingga sebuah ketukan tangan yang berasal dari mejanya membuat ia mendengus kesal dan mendongakan kepalanya.

Mulutnya sudah terbuka lebar, bersiap mengucapkan segala umpatan serapah untuk seseorang yang sudah berani mengganggu ketenangannya.

Namun seketika tenggorokannya tercekat, lidahnya kelu. Jisoo termangu menatap seseorang yang sudah duduk di hadapannya dengan ekspresi wajah yang sulit dideskripsikan.

YOUR PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang