Jisoo mulai mengerjapkan kedua matanya perlahan kala mentari pagi sudah terbit sangat cerah menyinari wajahnya.
Menarik dirinya ke belakang. Jisoo terkejut dengan keberadaan wajah Taehyung kini tengah tersenyum simpul berjarak sangat dekat dengan dirinya.
"Selamat pagi." Gumam Taehyung. Menarik kepala Jisoo lembut, untuk ia kecup dalam keningnya sekejap.
"Aku terlambat." Jisoo lekas berdiri. Membuat kepalanya berputar, bersama dengan penglihatannya yang menggelap mendadak.
"Jangan terburu-buru. Ini masih belum sangat terlambat. Aku akan mengantarmu ke sekolah."
"Kau masih diinfus, aku bisa pergi sendiri." Balas Jisoo cepat, sebelum meninggalkan Taehyung seorang diri di kamar.
Keluar dengan langkah tergesa-gesa, ia menuruni satu demi satu anak tangga tanpa melihat sudut-sudut mansion tempat tinggalnya dulu.
Sudah tidak ada minat. Merindukan tempat itu juga tidak. Untuk apa mengingat kenangan buruk? Itu hanya membuat dirinya menjadi lemah dan terus merasakan rasa sakit tak berkesuduhan.
"Jisoo noona." Jaemin memanggil pelan.
Berlari cepat ke arahnya, ia membawakan Jisoo sepotong pakaian lengkap sebagai baju ganti sang kakak.
"Dari Jennie noona. Kau akan terlambat pergi bekerja jika harus kembali ke rumah."
"Tidak perlu, terima kasih." Jisoo menolak. Berjalan menuju pintu utama, sebelum mendadak suara Jennie yang parau mengudara memghentikan langkahnya.
"Pakai." Singkat, jelas, dan padat.
Jisoo berbalik badan, menghadap sang adik yang ternyata kini telah berdiri tepat di belakangnya bersama Chichi.
"Jisoo ssaem akan menolaknya?" Tanya Chichi. "Pakai baju mommyku, bukankah itu sangat bagus? Bahkan lebih bagus dari pakaian yang Jisoo ssaem pakai sekarang."
"Chichi." Jaemin memanggil.
"Jisoo ssaem, harus memakainya. Jika tidak hari ini aku akan membolos sekolah."
"Chichi, Jisoo ssaem itu—"
"Kau menolaknya Jisoo?" Suara sinis Jennie memotong cepat Jaemin berbicara.
"Tentu saja. Terima kasih." Kembali berpegang teguh pada pilihannya, Jisoo kembali berbalik badan untuk melangkah pergi keluar mansion dengan cepat.
Tak lama dari kepergian Jisoo, Taehyung bersama seorang perawat yang ada di dalam kamar berteriak.
"Cepat buka infusku sekarang!" Titah Taehyung.
"Tapi tuan, dokter Suga me—"
"Kau tidak ingin ku bayar?"
Taehyung mengancam dengan sorot matanya yang tajam. Membuat sang perawat gemetar setengah mati, membuka perlahan selang infus pada tangannya.
Bergegas cepat menyusul Jisoo, Taehyung bahkan menghiraukan sapaan pagi dari sang anak yang mengkhawatirkan dirinya semalaman tersebut.
Taehyung membawa mobil pribadi. Menancapkan gas langsung, keluar dari halaman mansion. Matanya menilik tajam memperhatikan bahu-bahu jalan dan juga halte di sepanjang jalan menuju rumah Jisoo.
Sampai tak lama, sebuah bus menuruni seorang penumpang. Jisoo turun dengan perlahan, dan berjalan cepat pulang ke rumah.
"Jisoo, mariku antar." Taehyung berteriak memanggil dari celah kaca mobil.
Menggeleng cepat, Jisoo menambah kecepatan berjalannya. Taehyung pasrah. Mengusap rahangnya gusar, ia membiarkan Jisoo memilih pilihannya sendiri.
Tapi bukan berarti laki-laki itu melepaskan Jisoo sendirian. Taehyung menunggu di dalam mobil yang ia parkirkan persis di depan gerbang rumah Jisoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR PROMISE
Fanfikce[M] ⚠️ | Fanfiction • Angst story Janji. Apa yang kalian ketahui tentang Janji? Sebuah ucapan sumpah yang harus ditepati. Itulah definisi janji menurut Kim Jisoo. Wanita tersebut saat ini memiliki mimpi sederhana. Impiannya sekarang ialah, menikah...